skip to main |
skip to sidebar
My first ride on a horse dispelled forever whatever previous notions I had about riding horses. I had thought that it was easy to ride a horse just like the cowboys on television. I realized how wrong I was through a rather painful experience.
I was down in Kedah visiting my relatives when they decided to take me horse-riding one Sunday. I was thrilled. So we hopped into my cousin car and head towards one of the many riding school on the Pendang.
We managed to book four horses at a riding school. The man in charge asked whether we know how to ride a horse. Everybody said yes except me. I had never seen a life horse before that time, let alone ridden one. The man asks me to mount the small one. I mount up surprising myself at ability. I thought I was already an expert. The man give me the reins and say,” Pull the reins to the right to turn right, pull to the left to turn left. I nodded confident and took the reins. Next moment I lost the reins as the horse pulled them from my hands. The silly horse had reached down to graze on the grass making me lose my grip. The man laughed and returned the reins to me. But suddenly, the horse jump and after that I lost my balance on the horse. I had an incident because of my leg had broken. After a while, my cousin carried me to the hospital. This is my painful experience because I can’t go to school for two months.
A few years back when I was still a little girl, hide and seek seemed to be the most enjoyable game there was. From this activity, I learned a lesson about us as a child must be loyal to our parents. My brother, my cousin, two younger brother and I would spend hours just playing this game almost everyday. Hide and seek seems to hold a certain fascination for little children. This activity was very fun to me although my mother always talks to me so that to be as a girl and help her to do work at home. But, I didn’t hear what my mother. In this activity, there is always the suspense of looking for someone hidden followed by the inevitable squeals of laughter at being discovered. It is pure clean fun. We used to hide under beds, behind cupboards, up on trees and even inside drains. No place seemed too dirty. Sometimes I really soiled clothes and thus received a scolding from my mother, but I still persisted, much to her dismay. But one day, while we play this game, I involved in one incident. In that day, I choose drain to hide from them. While I sat in drain, suddenly my leg was sharp bite from centipede. I was screaming with loudly. After that, my brother and my mother came to me. My father carried me to the hospital. From this experience, I learned the value about loyal to parents. Actually, I must hear about what my mother said. I also learned how to be a good daughter to my family.
SOMETHING I LEARNED ABOUT THE IMPORTANCE OF TOYS.
There are many reasons why toys are necessary to the development and well being of children. It is because the toys are very importance and have many function especially to childhood. Play time is one of the most fundamental parts of childhood development. Children play in a variety of ways with a number of different toys. Each activity has a different effect on development. Toys and other objects are important extensions of a young child. Toys like teddy bear, Barbie doll and car toys are very familiar among children. Children have played with toys throughout history and in all cultures. So development toys promote children’s well-being. Toys have main role in children’s play with one another and help them develop in public. It is because toys have influence the amount of conversation. Children can learn how to play with their friends or neighbor. Toys are vital tools that help foster the mental, physical, emotional and social development of boys and girls. Toys are basic instruments for the development of children’s fantasy, thoughts and creativity. They can use their mind to think with creative and innovative. At the same time, children can opened their mind to think about everything.
Outdoor baby toys support the right to play in childhood which is essential to healthy child development. Children gain a strong foundation for learning through play. Playtime is fun. Young children love to explore and discover new things about the world around them and about themselves.
Moreover, toys are available for all stages and ages of child development. They enrich family life by fostering fun, amusement and communication between all family members, regardless of age. Every people either they are rich family or poor, they can buys the toys because of it is very cheap and easy to get. Besides that, toys support the right to education through encouraging play and learning. Providing they comply with all the conditions necessary to ensure children’s safety, toys are an integral part of their development.
USING THE PHRASE USED TO
Wawa use to play with toy cars and balls when she was a child. Besides that, Wawa used to play game station and congkak when she was a child.
Izzati use to play with doll and marble when she was a child. Besides that, Izzati used to play badminton when she was a child.
Ain use to play with doll and marble when she was a child like Izzati hobby. Besides that, Ain used to play ride bicycle when she was a child.
Faezah use to play with marble when she was a child. Besides that, Faezah used to play sahibba when she was a child.
Fatihah use to play with teddy bear when she was a child. Besides that, Fatihah used to play congkak when she was a child.
BAB 1 Taman Yang DiBerkati Di bandar Cordova, negeri Sepanyol terdapat sebuah taman yang amat terkenal kerana keindahan bunga-bungaan dan kesegaran tanam-tanaman di dalamnya, berbeza sedikit dari Taman Firdausi. Taman ini selalu dibanjiri oleh para pelancong jauh dan dekat. Pada suatu petang yang damai di salah satu sudut taman itu yang agak terpencil, duduk dua orang lelaki muda yang kelihatannnya seperti orang berilmu. Mereka sedang tenggelam di dalam satu perbincangan agama yang serius. Hari semakin petang dan matahari sudah hampir ghurub di langit barat. Kicauan burung yang pulang ke sarangnya menimbulkan suasana riang kepada orang-orang yang lalu-lalang. Seorang gadis kristian yang dikenali namanya dalam sejarah sebagai Isabella kebetulan duduk bercengkerama dengan beberapa orang kawannya di sebalik serumpun tumbuhan berhampiran dengan tempat kedua lelaki muda itu. Isabella sering datang ke taman itu dengan kawan-kawannya untuk menikmati keindahan alam semula-jadi. Dia adalah anak ketua paderi bandar Cordova dan baru berusia 17 tahun. Kecantikan wajahnya dan keanggunan perawakannya selalu digambarkan oleh pemuda-pemuda yang mengenalinya sebagai jelmaan bidadari dari syurga. Orang-orang bangsawan termasuk para paderi banyak yang tergila-gilakannya. Mereka ingin mengambilnya sebagai isteri untuk menjadikan hidup mereka bahagia dan gembira. Tetapi keinginan mereka itu dihalangi oleh cita-cita bapa Isabella yang mahukan anaknya itu mengikuti jejak Siti Mariam, ibu Nabi Isa, hidup membujang sampai ke akhir hayat, mengabdikan dirinya kepada Jesus Kristus. Dia tidak bermaksud memberi suami kepada anaknya itu tetapi sebaliknya mendidiknya dengan ilmu agama sehingga Isabella dalam usia semuda itu telah mahir dalam berbagai-bagai masalah yang berkaitan dengan keagamaan dan sangat mengambil perhatian berat di dalam perbincangan-perbincangan yang mengenai ilmu ketuhanan. Dalam masa dia bergurau senda dengan kawan-kawannya itu terdengar olehnya suara dari sebalik rumpun bunga, orang bercakap tentang agama. Dia tersentak apabila orang di sebalik rumpun itu berkata ''padahal paderi-paderi Kristian''. Dia lalu dengan berhati-hati memasang telinganya. Pada waktu itu, kedua orang lelaki muda itu kerana terlalu asyik dengan perbincangan mengenai agama Kristian tidak sedar bahwa perbincangan mereka sedang didengar oleh beberapa orang gadis Kristian.Salah seorang pemuda itu berkata, "Saint Paul telah menulis di dalam salah satu suratnya bahwa hukum-hukum agama itu merupakan satu kutukan dan Jesus Kristus telah datang untuk menyelamatkan kita daripada kutukan tersebut. Apakah makna kata-katanya itu?" Terdengar ketawa kecil kawannya. "Umar, sahabatku. Engkau mahu aku menerangkan kepadamu padahal paderi-paderi Kristian sendiri ...." Waktu itulah Isabella sedang mendengar percakapan itu. Dia lalu berkata kepada kawan-kawannya, "Nampaknya orang-orang di sebelah kita ini sedang memperkatakan tentang agama kita. Mari kita dengar apa yang sedang mereka kata." Salah seorang kawannya menyampuk dengan nada sinis, "Sejak orang-orang Islam datang ke mari, agama kita diancam bahaya." "Diamlah!" herdik Isabella. "Nanti mereka tahu kita ada di sini. Mari kita dengar apa yang sedang mereka kata." "Apa maksudmu, paderi-paderi Kristian sendiri. Apakah mereka juga tidak memahaminya? Apakah mereka itu menganut agama Kristian hanya secara membuta tuli saja?" tanya orang yang bernama Umar. Namanya yang lengkap ialah Umar Lahmi seorang terpelajar yang terkenal di kalangan cendekiawan agama. "Cubalah ajukan pertanyaan itu kepada paderi yang terkemuka dan dengar apa jawabannya. Tetapi sebelum itu terangkan lebih dulu kepadaku apakah yang menyebabkan tuan tidak bersetuju dengan kata-kata satu. Paul itu!" ujar Maaz, demikian nama seorang lagi. Sambil memandang muka sahabatnya, Umar Lahmi berkata, "Bukan aku tidak bersetuju tetapi aku hanya mahu memahaminya saja. Tuan seorang yang banyak bergaul dan bercakap dengan orang-orang Kristian. Tuan juga banyak banyak membaca kitab-kitab mereka. Maka sebab itulah aku meminta penerangan daripada tuan. Menurut pendapatku apabila hukum-hukum agama itu merupakan satu kutukan dan Nabi Isa datang mahu menyelamatkan penganut-penganut agama Kristian dari kutukan itu maka pencurian, penzinaan, penderhakaan kepada ibubapa seharusnya dapat dibenarkan di dalam agama Kristian meskipun barangkali tidak ada orang Kristian yang percaya tentang pembenaran berlakunya perkara-perkara itu." Maaz agak kebingungan sejurus mendengar kata-kata sahabatnya itu. "Bagaimana boleh pencurian dan penzinaan dikaitkan dengan hukum-hukum agama menjadi satu kutukan. Aku tidak berapa faham dengan maksud tuan." "Apa yang aku maksudkan," jawab Umar Lahmi, "ialah di dalam Kitab Perjanjian Lama, hukum-hukum agama memerintahkan bahwa kita tidak boleh mencuri, tidak boleh berzina, tidak boleh menimbulkan kesukaran kepada tetangga, tidak boleh derhaka kepada orangtua dan lain-lain lagi. Apabila seluruh hukum-hukum agama itu merupakan satu kutukan, maka mematuhi perintah-perintahnya juga merupakan satu kutukan karena perintah-perintah itu adalah sebahagian daripada agama, malah ia adalah intisarinya yang sebenar. Jikalau yang dikatakan oleh satu Paul itu benar, maka orang-orang Kristian boleh mencuri, boleh berzina dan boleh melakukan dosa-dosa lain. Apabila mereka mematuhi hukum-hukum agama ini maka mereka termasuk orang yang dilaknat dan orang-orang Kristian yang menentang pula dapat dihukum bersalah kerana mereka tidak mematuhi peraturan-peraturan agama." Maaz tersenyum kecil apabila sahabatnya itu selesai menghuraikan hujahnya yang panjang lebar itu. Sambil mengangguk-anggukkan kepala, dia berkata, "Agak aneh. Tuan mahu aku menjelaskan perkara yang sama yang seringkali aku kemukakan kepada orang-orang Kristian." "Apa?" Umar Lahmi agak terperanjat mendengar kata-kata Maaz itu. "Tuan juga telah bertanya kepada mereka? Jadi, apa jawaban mereka?" "Mereka cuba memberi penjelasan tetapi terlalu membingungkan." jawab Maaz. Sebaik saja Maaz selesai bercakap, dari menara masjid yang berhampiran dengan taman kedengaran suara azan maghrib dilaungkan oleh muazzin yang merdu dan amat syahdu. Kedua-dua orang sahabat itu pun bangun dari duduknya, menuju ke sebuah tempat air untuk berwuduk dan kemudian menuju ke masjid untuk ikut berjemaah bersama-sama dengan saudara-saudara Muslimin yang lain. Isabella yang sejak tadi mengintai mendengar perbincangan Umar Lahmi dan Maaz merasa amat terkilan apabila kedua-dua orang itu bangun secara tiba-tiba meninggalkan tempat itu. Dia mendengar percakapan kedua orang itu dengan penuh minat apatah pula dia memang sangat tertarik dengan soal-soal yang berhubungan dengan ketuhanan dan dapat pula membuat penilaian terhadap penentangan yang dikemukakan oleh kedua orang muda itu. Dia cuba mencerna persoalan itu dan mencari jawaban kepada pokok perbincangan yang ditimbulkan tetapi ternyata tidak berdaya. Akhirnya dia mengambil keputusan akan mengemukakan hal tersebut kepada bapanya. Setelah membuat keputusan itu, dia mengajak kawan-kawannya pulang. Isabella berpisah dengan kawan-kawannya di satu persimpangan jalan. Dia berjalan menuju ke pintu gerbang sebelah timur Cordova.-----------------Islam Is The Way Of Life,Belilah Keredhaan Allah swt walaupun terpaksa menjual kebencian manusia....Mardhatillah in our life....
BAB 2 Masalah Yang Kacau Apabila sampai di pintu gerbang sebelah timur kota itu, Isabella, anak gadis yang masih muda dan cantik itu mengambil jalan yang membawanya lurus ke Qasrus Syuhada. Kerajaan Islam pada masa itu telah mengeluarkan biaya yang banyak bagi memperindahkan seluruh negeri Sepanyol. Jalanraya di kota Cordova diperluas dan dibina dengan binaan yang baik, dihiasi dengan lampu-lampu yang cantik pada jarak yang dekat, sehingga menyilaukan mata memandang. Seperti yang pernah dikatakan orang, kita boleh berjalan sejauh dua puluh lima kilometer di bawah cahaya lampu jalan yang benderang serupa itu. Isabella berjalan perlahan-lahan dengan penuh keanggunan di atas jalanraya yang lebar dan bermandikan cahaya lampu. Dia menuju ke Qasrus Syuhada ke arah rumah kediamannya dengan kepala yang berat berisi pertanyaan. Namun hayunan langkahnya tetap teratur sebagai gadis terhormat. Pada kebiasaannya, dia akan singgah di rumah teman-teman yang dekat apabila dia pulang dari bersiar-siar pada petang hari serupa itu tetapi kali ini dia terus menuju ke rumah dan kelihatan seperti tenggelam dalam suatu fikiran yang merunsingkan. Kira-kira setengah jam kemudian, dia pun sampai di pintu gerbang rumah yang juga seperti sebuah istana. Orang gaji sedang menunggu di muka pintu untuk menyambut ketibaannya. Sambil menjawab dengan ringkas akan pertanyaan orang gaji akan sebab-musabab dia lambat pulang, Isabella terus masuk ke dalam bilik lalu menghempaskan diri ke atas sebuah kerusi malas. Dia mencapai sebuah kitab lalu membaca. Orang gaji, setelah menyambut Isabella, terus ke dapur menyediakan makan malam. Meja makan dikemas dan hidangan diletakkan di atas. Setelah itu, dia memanggil Isabella tetapi Isabella tidak menyahut karena terlalu asyik dengan kitab yang dibaca. Kitab yang sedang ditelaah itu ialah Kitab Injil dan perhatiannya khusus ditujukan kepada surat-surat satu Paul yang menuduh hukum-hukum agama sebagai satu kutukan. Dia membaca surat-surat itu berulang-ulang tetapi tidak mendapat jawaban kepada kesangsiannya malah semakin kacau setiap kali dia membaca. Apabila otaknya terasa penat, dia meletakkan kitab sambil membuat keputusan akan bertanya kepada bapanya saja. Sudah tentu bapanya dapat memberikan penjelasan yang sangat memuaskan. Pada fikiran Isabella masalah itu tidaklah terlalu sukar sehingga tidak dapat dihuraikan. Andaikata dia menemui jalan buntu, bapanya tentu dapat menolong karena bapanya ialah seorang terpelajar agama yang tidak ada dua di negara Sepanyol. Setelah tenang kembali barulah dia keluar ke ruang makan dan makan seorang diri sambil dilayan dengan penuh hormat oleh orang gaji. Isabella kembali mentelaah Kitab Injil sebaik saja kembali ke bilik. Dia membaca kitab itu sampai tertidur dan tidurnya pula amat nyenyak hingga ke pagi. Isabella bangun agak awal karena dia mesti pergi ke gereja. Pagi itu pagi Minggu. Waktu pulang dari gereja dia dipanggil bapanya dan bertanyakan Kitab Injil yang dibacanya tadi malam. Isabella sedang terlibat di dalam pembelajaran tentang pemahaman makna hakiki metafizika. Isabella menemui bapanya di bilik bacaan yang besar yang dipenuhi dengan berbagai-bagai buku. Dicapai tangan kanan bapanya lalu dicium. "Sila duduk anakku." kata bapanya sambil memberi isyarat dengan tangan. Isabella mengambil sebuah kerusi dan duduk tidak jauh dari bapanya. "Sampai ke mana sudah pelajaranmu?" tanya bapa Isabella sambil merenung muka anaknya. "Saya sudah membaca Jonah 21, Bab 3. Kalau bapa memberi izin, saya ingin bertanya karena saya belum lagi dapat mencari jawaban." "Sudah tentu, anakku. Tanyalah dan bapa akan menjawab." ujar bapa Isabella dengan perasaan gembira melihat kecerdasan anaknya. "Dua Belas Firman Tuhan yang Tuhan firmankan kepada kita di dalam Perjanjian Lama melalui Nabi Musa, apakah itu ada mengenai dengan hukum-hukum agama?" "Ya, semua itu ada berkaitan dengan hukum-hukum agama." jawab bapa Isabella dengan perasaan agak hairan sedikit tentang pertanyaan anaknya itu. Isabella diam sejurus sambil mengangguk-anggukkan kepala. Kemudian dia bertanya lagi. "satu Paul ada berkata di dalam salah satu suratnya bahwa hukum-hukum agama itu merupakan satu kutukan, betulkah begitu, bapa?" "Memang benar. Hukum-hukum agama itu adalah satu kutukan dan untuk menyelamatkan kita daripada itu, Jesus Kristus diturunkan ke dunia ini dan disalib." "Jadi jelaslah sekarang bahwa hukum-hukum agama itu satu kutukan dan begitu hebat kutukan itu maka Jesus Kristus turun ke dunia ini untuk membuangnya dan kemudian dia disalib." Isabella mengulangi. Kemudian dia menyambung, "Kalau begitu bererti mematuhi hukum-hukum agama itu pun satu kutukan jugalah, bapa?" "Memang benar ia satu kutukan dan orang-orang Kristian sekarang sepatutnya daripada mengikut hukum-hukum agama, adalah lebih baik mengimani Jesus Kristus karena hukum-hukum agama hanya sah berlaku sehingga Tuhan Jesus belum disalib." "Jadi bolehlah kita mencuri?" "Apa ada kaitan dengan hukum-hukum agama? Anakku, sebelum kau membuat pertanyaan, fikirlah dulu masak-masak kerana kalau ada orang lain mendengar, mereka akan mengatakan kau ini anak yang bodoh." "Maafkan saya, bapa." ujar Isabella sambil merendahkan suara. "Barangkali pertanyaan yang saya kemukakan itu tidak begitu jelas. Apa yang saya maksudkan ialah di antara firman-firman itu yang baru bapa katakan, adalah bahagian daripada hukum-hukum agama. Salah satu daripadanya ialah kita tidak boleh mencuri dan yang satu lagi kita tidak boleh menindas tetangga kita dan yang ketiga kita tidak boleh menderhakai ibubapa kita. Semua perintah ini masih menjadi bahagian daripada 'hukum-hukum agama' yang menurut satu Paul merupakan satu kutukan. Jadi, mematuhi Firman-Firman Perjanjian Lama ini iaitu tidak mencuri, tidak berzina ialah sesuatu yang dibenci sementara tidak mencuri dan tidak menganiaya ibubapa pula satu kutukan." "Anakku," kata bapa Isabella, "kau sebenarnya belum begitu faham betul tentang kedudukan hukum-huum agama. Tapi, cubalah beritahu aku siapa gerangan yang telah memasukkan pertanyaan bodoh serupa itu ke dalam kepalamu. Syaitan manakah pula yang menyebabkan kau ragu-ragu begini?" Isabella sebagai anak yang baik lalu menceritakan kepada bapanya tentang perbincangan dua orang Muslim yang dapat didengarnya di taman petang kelmarin. Setelah mendengar keterangan anak yang disayangi itu, bapa Isabella pun berkata dengan suara rendah membujuk. "Anakku," katanya "kau telah tahu benar bahwa orang-orang Muslim itu ialah orang-orang kafir dan sentiasa menentang agama suci kita. Mereka mengkritik kitab-kitab suci kita kerana fikiran mereka telah dihasut syaitan." Dia berhenti sejenak. Memandang muka anaknya untuk melihat reaksi dari keterangannya. Kemudian dia menyambung. "Kau patut bertaubat segera dan berjanji tidak akan mendengar percakapan mereka itu lagi. Mereka orang-orang Muslim tidak beriman dan selalu menuduh agama yang benar orang lain. Tahukah kau, anakku, apakah agama mereka itu? Pertumpahan darah ialah pekerjaan yang patut dipuji dalam agama mereka. Cuba lihat! Mereka menyerang negara kita, Sepanyol dan membunuh beratus-ratus orang yang tidak berdosa. Sesudah itu, mereka paksa pula agama mereka kepada kita. Aku tahu tentang kecaman-kecaman yang kau telah dengar dari orang-orang Muslim itu. Kalau kecaman itu daripada fikiranmu sendiri maka dapatlah aku membersihkannya tetapi bagaimana aku akan menjawab kepada mereka?" Isabella menyesal kerana dia telah menyebut tentang orang-orang Muslim itu. Kalau tidak, masalahnya telah dapat diselesaikan. Satu idea tiba-tiba melintasi di fikiran. "Baik aku tanyakan masalah ini kepada guruku. Aku selalu bertanya kepadanya apabila menghadapi sesuatu masalah dalam pelajaran," kata hatinya. Keesokan hari, Isabella pun menjumpai guru yang bernama Michael lalu mengemukakan pertanyaan yang sama. Gurunya dengan penuh keyakinan merasa bahwa dia boleh menerangkan masalah yang dihadapi oleh muridnya. Jawabannya pasti dapat menghilangkan semua keraguan Isabella. Penjelasan Michael tidak dapat memenuhi rasa ingin tahu Isabella. Dia mulai sedar bahwa keraguan itu timbul bukan kerana daya pemahamannya yang kurang tetapi masalah itu sendiri ialah satu masalah berat yang bukan saja untuk dirinya malahan juga untuk cendekiawan Kristian. Di sinilah bermula timbul rasa curiganya terhadap dasar-dasar lemah dalam ajaran Kristian. Kecurigaan itu semakin memberat di dalam fikiran.
BAB 3 Surat Menyurat
Pada suatu petang, selang beberapa hari kemudian, Isabella pergi lagi ke taman yang sama tempat dia mendengar perbincangan dua orang Muslim yang hebat itu. Tidak lama setelah dia mengambil tempatnya yang biasa, Umar Lahmi dan Maaz pun tiba. Mereka duduk di tempat yang dulu juga. "Aku telah mendengar satu laporan yang aneh dan menarik hari ini." kata Umar Lahmi. "Apa dia?" tanya Maaz dengan agak terkejut. "Keraguan yang tuan timbulkan mengenai salah satu ayat di dalam surat satu Paul tempoh hari," kata Umar Lahmi, "rupanya telah sampai ke telinga ketua paderi. Akibatnya, satu keributan telah terjadi di kalangan para paderi. Sehingga ada orang yang berfikiran sihat telah menjadi ragu-ragu." Mendengar cerita sahabatnya itu, Maaz dengan tenang menjawab, "Ya, itu hanyalah khabar angin saja atau gunjingan belaka. Siapa gerangan yang ada mendengar perbincangan kita?" Umar Lahmi agak gempar melihat tanggapan Maaz yang dingin terhadap berita penting yang telah disampaikannya. "Siapa yang mendengar perbincangan kita, kata tuan? Takkanlah tak ada angin pokok boleh bergoyang? Paderi-paderi itu menjadi begitu heboh." "Jadi, apa yang menyebabkan mereka itu heboh begitu sekali?" tanya Maaz apabila melihat kegusaran sahabatnya. "Apakah ini kali pertama paderi-paderi itu mendengar keraguan kita?" "Sebab-sebabnya aku sendiri pun tidak tahu tetapi apa yang aku dengar ialah para paderi itu sudah mula gelisah kerana keberatan-keberatan kita itu. Beberapa kali mesyuarat telah mereka adakan untuk mencari jawaban. Berita itu sampai kepadaku melalui sumber-sumber Kristian." kata Umar Lahmi. Mendengar penjelasan sahabatnya, Maaz tersenyum kecil. Hatinya merasa geli. "Baru cuma satu bantahan saja paderi-paderi itu sudah heboh demikian rupa. Bagaimana pula kepercayaan-kepercayaan Kristian yang lain yang menggelikan itu? Dosa yang dilakukan Adam hukuman dikenakan kepada semua anak cucunya. Seluruh umat manusia dicalit dengan noda dosa itu. Apakah kepercayaan ini ada mempunyai dasar kebenaran? Sebagai pembalasan terhadap dosa semua pembuat dosa, orang yang tidak berdosa dikenakan hukuman dan disuruh pikul beban semua dosa. 'Putera Tuhan' turun ke bumi lalu disalibkan. Tidakkah hal ini sudah melampaui batas, menjadikan Tuhan seorang yang lemah dan tidak berdaya? Kalau benar orang-orang Kristian itu ada mempunyai jawaban terhadap semua soalan ini, sila maju ke depan dan jelaskan kepadaku." Umar Lahmi ketawa besar mendengar kata-kata Maaz. Sambil mengesat air mata, dia berkata,"Kalau bukan orang Kristian yang sanggup mengada-adakan hal yang bukan-bukan serupa itu, siapa lain lagi yang boleh mengadakannya? Semua orang boleh bercakap secara wajar tetapi mesti pula ada orang yang bercakap kosong." Setelah diam sejenak, Maaz lalu berkata perlahan seolah-olah seperti kepada dirinya sendiri. "Aku fikir sudah sampai masanya kita mengeksploitasi keributan yang timbul sekarang ini." "Itu satu cadangan yang baik." sahut Umar Lahmi dengan cepat. "Kita mesti keluarkan poster yang berisi dengan segala macam kepercayaan Kristian yang bukan-bukan itu." "Bagus." Maaz menyampuk. "Akan menimbulkan keributan di kalangan orang-orang Kristian di seluruh negeri Sepanyol." Isabella bersama-sama dengan dua orang sahabatnya yang duduk di salah satu sudut taman yang berhampiran dengan tempat kedua orang Muslim itu, mendengar semua percakapan tersebut. Wajah mereka yang putih bersih menjadi kemerah-merahan kerana menahan geram. Akhirnya, dia tidak dapat lagi menahan perasaan hatinya lalu dia berkata kepada kedua orang sahabatnya. "Ini tidak boleh jadi. Kita mesti menyangkal semua tuduhan mereka dan kita mesti melakukan apa saja untuk menyakinkan mereka. Mudah-mudahan Tuhan Kristus akan menarik mereka ke sebelah kita. Andaikata orang-orang Muslim ini dapat dikristiankan, alangkah besarnya kemenangan bagi dunia Kristian. Dengan itu, sekaligus orang-orang Muslim yang lain tidak dapat menegakkan kepala mereka lagi di negara ini." Sambil mengucapkan kata-kata akhir itu, Isabella mengangkat muka dengan bersungguh-sungguh memanjatkan doa meminta Tuhan membawa orang-orang kafir ini dan musuh kaum Kristian masuk ke dalam pelukan agama Kristian. Dengan demikian, semakin nyatalah keagunganNya. "Isabella," ujar salah seorang sahabatnya sebaik-baik saja Isabella menundukkan muka semula. "Orang-orang kafir ini sangat keras kepala. Bagaimana mereka boleh meninggalkan syaitan dan menyambut tangan Tuhan Kristus? Tambahan pula, yang sulit adalah paderi-paderi kita sendiri. Mereka takut kepada orang-orang Muslim. Macam kelmarin saja, setelah aku melihat kegusaran kau tentang keraguan mereka terhadap hukum-hukum agama kita dan tentang kutukan yang mereka perkatakan. Aku tanya kepada paderi gereja kita. Mereka buat acuh tak acuh saja sambil berkata tak usah hiraukan sangat apa yang dikatakan oleh orang-orang Muslim itu. Jawaban mereka bukan pembahasan tetapi hunusan pedang. Bila sikap paderi-paderi kita serupa itu tak hairanlah kalau orang-orang Muslim semakin angkuh." "Masalahnya bukan paderi-paderi kita tidak mahu berbincang dengan orang-orang yang tidak beriman itu atau sengaja mendiamkan diri." kata Isabella menjawab komen sahabatnya. "Diam mereka bukanlah bererti mereka tidak dapat menghuraikan masalah tetapi mereka mahu jaminan kalau nanti sesudah diberi keyakinan, semua orang-orang Muslim itu bersedia memeluk agama Kristian. Maka paderi-paderi kita dengan senang hati mahu berhadapan dengan mereka." Sahabat Isabella diam sejurus mendengar kata-kata Isabella. Dalam kepalanya terlintas satu idea. "Bagaimana kalau kita minta satu pengakuan bertulis daripada orang-orang Muslim itu bahwa mereka bersedia bersemuka dengan paderi-paderi kita. Dengan surat itu pula kita boleh mendesak cendekiawan Kristian untuk bercakap dengan orang-orang Muslim itu dan memaksa mereka memeluk agama kita." "Cadangan itu baik sekali. Tetapi apakah orang-orang Muslim itu bersedia menerima?" tanya Isabella sedikit ragu. "Mengapa pula tidak?" Bukankah kau juga baru mendengar dari mulut mereka sendiri?" "Kalau begitu Kenapa mesti kita tunggu lagi? Di sini juga kita beritahu mereka agar bersedia berbincang dengan paderi-paderi kita. Aku akan tuliskan secarik surat yang akan aku sampaikan kepada mereka dan lihat apa jawabannya." kata Isabella dengan perasaan gembira. "Tetapi ...!" "Tetapi apa lagi?" Isabella yang baru mahu mengeluarkan pena dan kertas dari begnya terhenti sebentar lalu memandang wajah sahabatnya dengan ragu-ragu. "Tetapi bukankah baik kita mendapatkan jaminan daripada paderi-paderi kita lebih dulu? Nanti apa akan jadi kalau orang-orang kafir itu bersedia dan paderi-paderi kita menolak?" Kalau orang-orang ini sudah membuat perjanjian dengan bertulis bahwa mereka akan memeluk agama Kristian apabila sudah diyakinkan kebenarannya," ujar Isabella, "maka cendekiawan kita sudah pasti mahu berdialog dengan mereka." Mendengar penjelasan itu, sahabatnya pun diam. Isabella mengeluarkan pena dan secarik kertas lalu menulis: Maafkan saya. Saya telah mendengar dengan penuh perhatian perbincangan rahsia tuan-tuan itu. Bersebab kami juga berminat dalam masalah-masalah yang berkaitan dengan agama, saya percaya tuan-tuan tidak keberatan dengan gangguan saya ini. Saya telah mendengar salah seorang daripada tuan ada berkata kepada temannya bahwa jika kami penganut Kristian dapat memberi penjelasan yang memuaskan tentang perhubungan antara hukum-hukum agama dengan kutukan, tuan bersedia memeluk agama kami. Tuan juga mahu mencabar kami, orang-orang Kristian, tentang hukum-hukum agama dan kutukan. Jadi, sebagai hamba Tuhan Jesus Kristus, kami dengan sangat senang hati menyambut cabaran tuan dengan syarat tuan membuat pengakuan bertulis. Hamba hina agama Kristian Surat itu telah diserahkan oleh sahabat Isabella kepada Umar Lahmi. Agak terperanjat juga Umar kerana tiba-tiba saja seorang anak gadis datang menyerahkan surat serupa itu kepadannya. Gadis itu pula tidak dikenali sebelumnya. Maaz memandang sahabatnya dengan pandangan yang berisi pertanyaan. "Surat apa ini?" tanya Umar Lahmi kepada sahabat Isabella. "Dari teman saya. Dia sedang menunggu jawaban tuan." jawab gadis itu. Umar Lahmi menyambutnya dengan perasaan yang berdebar-debar. Dia membuka lipatan surat sambil dahinya berkerut-kerut. Setelah membaca isinya, wajah Umar kembali berseri-seri. Dengan senyum kecil, dia menunjukkan surat itu kepada Maaz. Maaz mengangguk-anggukkan kepala dan memberi isyarat kepada Umar Lahmi supaya menjawab segera. Umar Lahmi pun mengeluarkan kertas dan pena lalu menulis: Kami mengucapkan terima kasih di atas susah payah nona. Kami bersetuju sekiranya anggota-anggota gereja dapat memberi penjelasan kepada kami tentang dilema hukum-hukum agama dan kutukan dengan penjelasan yang memuaskan, saya dan sahabat saya akan memeluk agama Kristian. Sila nyatakan tempat dan tarikh perbahasan akan diadakan. Hamba hina agama Islam (Umar Lahmi) Setelah selesai ditulis dan ditandatangani, surat itu pun diserahkan kepada sahabat Isabella yang segera pula kembali ke tempatnya semula. Isabella sangat gembira menerima balasan surat tersebut, lebih-lebih lagi apabila dia mengetahui bahwa rancangannya dipersetujui oleh kedua pemuda Muslim itu. Dia segera membalasnya. Tentang masa dan tempat, saya sendiri akan datang memberitahunya esok. Hamba yang hina Surat itu ringkas saja dan setelah disampaikan kepada Umar Lahmi, mereka pun beredar dari tempat itu dengan satu masalah baru pula. Siapa gerangan orang yang akan berhadapan dengan orang-orang Muslim itu. Sebaik saja keluar dari taman Cordova itu, Isabella terus saja ke tempat gurunya yang baik hati. Diceritakan kesemua yang berlaku tadi kepadanya. Guru itu yang juga seorang paderi adalah seorang yang benar-benar mengetahui semua masalah agama. Ketika dia melihat Isabella dalam keadaan resah gelisah, dia pun memarahinya dan memberitahu itu bukan suatu masalah besar yang boleh sampai merunsingkan fikiran. Isabella lalu menunjukkan surat Umar Lahmi. Apabila guru itu membaca surat tersebut, dia pun bersetuju mahu membahas perkara itu dan merasa seseorang yang berpengalaman dan terkemuka patut ikut mengambil bahagian. Kesediaan gurunya membuat hati dan perasaan Isabella yang gundah menjadi tenteram dan membolehkannya pulang ke rumah dalam keadaan selesa. Guru itu berjanji akan menetapkan tempat dan tarikh sebelum tengah hari esok. Malam itu, Isabella tidak dapat tidur dengan nyenyak. Berbagai-bagai macam persoalan terus menerus menghantui fikiran. Apa akan terjadi sesudah esok hari? Andaikata cerdikpandai Kristian tidak dapat memberi penjelasan yang memuaskan kepada orang-orang Muslim, maka orang Kristian akan dipertakuti sepanjang zaman. Akhirnya, pagi pun tiba. Setelah selesai membersihkan dirinya, Isabella mengambil Kitab Injil dan mentelaahnya. Menjelang tengah hari barulah dia keluar dan mengajak kedua orang sahabatnya yang akrab pergi ke rumah guru. Di sana mereka melihat sudah ramai paderi yang berkumpul seolah-olah mereka sedang menunggu seseorang yang penting. Apabila orang yang ditunggu itu tiba maka dia pun dipersilakan duduk di sebuah kerusi yang khas. Guru Isabella, sesudah mengucapkan puji-pujian kepada Jesus Kristus, menerangkan tujuan perhimpunan diadakan dan dengan bersungguh-sungguh meminta semua cendekiawan yang hadir supaya berani dan bersedia untuk berdialog dengan orang-orang Muslim dan mencuba untuk menarik mereka masuk Kristian. "Kami merasa hairan apakah gerangan masalah besar sehingga kami semua disuruh berkumpul di sini." kata seorang paderi yang berbadan kurus dan bermuka cengkung, nada suara seperti mengejek. "Tetapi bila sampai kemari. Aku dapati hanyalah satu perkara remeh saja yang mahu dibincangkan. Panggil saja orang-orang Muslim itu ke mari sekarang juga dan sesiapa saja di antara kita dengan mudah boleh menyakinkan mereka." Seorang paderi lain yang bertubuh gemuk dan berkepala bulat dan licin menyampuk. "Memang benar perkara ini bukanlah besar sangat, kita pun selalu mengadakan perbincangan dengan orang-orang Muslim. Tapi setelah ada berita tersebar yang mengatakan orang-orang Kristian tidak dapat menjawab keraguan orang-orang Muslim maka perkara ini sekarang dapat dianggap sebagai perkara besar dan penting. Kita patut tetapkan masa untuk perbincangan itu." "Besok hari Ahad dan semua penganut Kristian akan berkumpul di gereja besar. Ada baiknya kita memanggil mereka esok pagi. Mudah-mudahan Tuhan Jesus memberi petunjuk kepada mereka." ujar seorang paderi lain yang kelihatan lebih muda daripada yang lain. Cadangan itu disampuk segera oleh seorang paderi tua yang duduk di sebelah Michael. "Itu satu cadangan yang baik." Dia memandang muka Isabella yang sedang duduk berhadapan dengan Michael. "Bapamu yang mulia yang memimpin sembahyang di gereja itu mesti ikut hadir sebab ada kemungkinan kami memerlukan bantuannya sewaktu-waktu. Apatah pula kamu sendiri yang menjadi perantaraan dalam perbincangan antara kita dengan orang-orang Muslim." Seorang paderi yang perawakannya gemuk dan pendek menambah, "Bapamu ialah ketua semua paderi di Sepanyol ini. Tidak ada orang lain yang lebih alim daripadanya tentang hukum-hukum agama Kristian. Sebab itu kehadiran bapamu amat diharapkan." Pada waktu itu, Michael, guru Isabella, segera menjawab, "Susah tentu!" Setelah berlaku perbincangan yang agak serius, akhirnya dicapai kata sepakat, cadangan mengadakan dialog dengan orang-orang Muslim itu diterima dengan sebulat suara dan hari Minggu telah ditetapkan sebagai hari dialog itu diadakan. Atas permintaan Isabella, Michael telah menulis surat memberi kebenaran kepada Umar Lahmi untuk masuk ke dalam gereja besar pada hari tersebut. Waktu perbincangan itu selesai. Matahari sudah condong ke barat. Isabella dan kedua sahabatnya meminta diri diikuti Mirano, anak Michael. Mereka berjalan perlahan-lahan menuju ke taman tempat Umar Lahmi dan Maaz menunggu. Mereka dapati selain daripada Umar Lahmi dan Maaz ada orang lain pula bersama-sama mereka. Baru pada petang itulah Umar Lahmi dan Maaz melihat wajah Isabella dari dekat. Mereka terpegun sejurus lamanya kerana terpesona dengan wajahnya yang jelita itu. Kedua-duanya mengucapkan 'Subhanallah!' di dalam hati, memuji kebesaran Allah. Isabella lalu menyerahkan sendiri surat Michael, gurunya, kepada Maaz. Surat itu segera dibuka dan dibaca untuk didengar oleh semua yang hadir. "Kami semua sangat berterima kasih di atas segala susah payah nona." kata Maaz. "Andaikata pihak mana saja yang nanti mendapat petunjuk, maka pahalanya pertama sekali nonalah yang menerimanya." "Aku mendengar nona ini ialah seorang cendekiawan dalam ilmu falsafah Kristian di samping seorang ahli teologi yang terpelajar. Sesungguhnya pujian yang tinggi patut kita berikan kepadanya kerana usaha mahu melepaskan kita daripada 'kemungkaran'." kata Umar Lahmi kepada teman-temannya. Isabella agak tersipu-sipu sedikit mendengar puji-pujian Umar Lahmi itu. Dengan lemah-lembut dia menjawab, "Saya hanyalah seorang hamba hina Tuhan Jesus Kristus. Terima kasih banyak kerana sudi menerima jemputan kami." Salah seorang Muslim yang hadir menyampuk dengan agak keras, "Astagfirullah. Tengok betapa orang-orang Kristian itu menyekutukan Allah dan memuja Nabi Isa. Memang benar mereka ini gila. Kalau tidak masakan manusia yang hidup ..." Umar Lahmi dengan cepat memotong cakapnya untuk tidak menimbulkan kegusaran kepada Isabella. "Nanti dulu. Tuan secara tidak langsung sudah memulai perdebatan. Perkara itu akan kita putuskan esok di gereja besar." Kemudian dia memandang Isabella. "Nona boleh memberi jaminan kepada para paderi itu bagi pihak kami bahwa insyaAllah kami akan sampai di gereja esok sesudah sarapan." Isabella dan sahabat-sahabatnya pun meminta diri meninggalkan tempat itu. Mereka tidak lagi tunggu sampai matahari terbenam seperti yang seringkali mereka lakukan.
BAB 4 Pertemuan Pertama
Tidak lama sesudah Isabella meninggalkan tempat itu, Umar Lahmi, Maaz dan kawan-kawan mereka yang lain berpisah untuk pulang ke rumah masing-masing. Sesampai di rumah, mereka mentelaah Kitab Suci Al Quran dan Kitab Injil serta membuat catatan-catatan perkara yang penting untuk dijadikan bahan yang akan dibahaskan di dalam pertemuan esok hari. Pada pagi berikutnya iaitu pagi Ahad, berita tentang pertemuan itu telah tersebar dengan luas di seluruh kota. Orang-orang Kristian dengan penuh hati-hati membuat persiapan yang teliti terutama di dalam menghadapi orangramai yang ingin ikut mendengar perbincangan tersebut. Hanya beberapa orang Islam saja yang dibenarkan masuk ke dalam gereja sedangkan yang lain-lain terpaksa pulang dengan perasaan kecewa. Umar Lahmi, Maaz dan beberapa orang cendekiawan Islam dibenarkan masuk sesuai dengan persetujuan yang telah dibuat lebih awal. Ketika mereka masuk, didapati hampir semua paderi yang terkemuka di Cordova ada di dalamnya dan sedang sibuk mengerjakan sembahyang.Tidak lama kemudian upacara sembahyang itu pun selesai. Paderi-paderi lalu mengambil tempat duduk di suatu meja panjang yang tersedia, berhadapan dengan Umar Lahmi, Maaz dan kawan-kawannya. Isabella dengan semua kawan-kawannya pun ikut serta duduk bersama-sama.Sesudah mengucapkan selamat datang dan terima kasih kerana telah menyahut pelawaan mereka, Michael, guru Isabella membuka pertermuan dengan memperkenalkan tiap-tiap orang paderi yang ada di meja persidangan itu. Salah seorang daripada mereka bernama Peter yang terkenal sebagai seorang ahli pengajian Arab dan kitab-kitab Islam.“Kami diberitahu bahwa tuan-tuan mempunyai sedikit keraguan tentang agama Kristian dan telah bersetuju datang kemari untuk meminta penjelasan daripada kami. Tuan-tuan juga telah berjanji kalau penjelasan yang kami berikan itu boleh meyakinkan maka tuan-tuan akan meninggalkan agama Islam dan memeluk agama Kristian.” kata Michael.“Kami sedikit pun tidak merasa ragu tentang kepercayaan dan ajaran-ajaran Kristian tetapi kami cukup yakin kepercayaan dan ajaran-ajaran itu tidak beralasan. Dalam pada itu pun jikalau tuan dapat memuaskan hati kami dengan penjelasan-penjelasan tentang agama tuan yang boleh meyakinkan maka kami bersedia masuk agama Kristian.”Mendengar kata-kata Umar Lahmi itu, Michael lalu berpaling kepada Peter yang kelihatan lebih tua daripada yang lain. Peter yang sudah menulis banyak buku menentang agama Islam, dianggap orang yang paling berkebolehan untuk berdebat dengan orang Islam.Peter dengan nada suara orang yang menguasai keadaan berkata, “Saya diberitahu bahwa bantahan tuan-tuan yang terutama sekali ialah tentang mengapa satu Paul telah mengatakan hukum-hukum agama itu satu kutukan. Tetapi ini adalah satu perkara remeh dan tida lebih daripada satu isu sampingan saja. Tuan-tuan orang Muslim dan berimankan Quran dengan sendirinya pendapat tuan-tuan mengenai Tuhan Jesus Kristus dan agama Kristian mengikuti lunas-lunas Quran.Umar Lahmi tersenyum kecil sebelum menjawab, “Saya sudah membuat definisi yang jelas di dalam surat saya tentang persoalan yang akan kita bincangkan seperti yang tuan sendiri sudah akui tetapi mengapa pula tuan bawa kepada perkara-perkara lain? Saya sudah menulis perbincangan ini akan berisar di sekitar hukum-hukum agama dan kutukan, jadi apa ada bantahan tuan tentang hal itu?”Peter masih dengan nada suara yang agak kuat berkata,”Kami akan menjawab pertanyaan tuan tetapi lebih dulu biarlah kita bincangkan isu-isu yang dasar yang juga dari Quran tuan-tuan. Bukankah dalam Quran ada mengatakan tentang Tuhan Jesus Kristus kami sebagai Rohullah, Kalimatullah. Tidakkah ada tersebut di dalamnya bahwa dia pernah menghidupkan orang yang sudah mati? Jadi, apabila tuan percayakan Quran bagaimana pula boleh tuan-tuan meragui Tuhan Jesus sebagai ‘Putera Tuhan’?”“Tuan telah memulai dengan perbincang yang agak menyimpang yang sedikit pun tidak ada kena-mengena dengan keraguan yang kami timbulkan.” kata Umar Lahmi. “Apa yang saya inginkan ialah untuk memahami signifikan hukum-hukum agama dan kutukan. Andaikata tuan bersedia mahu membincangkannya, silakan. Kalau tidak, kami akan meninggalkan tempat ini.” Umar Lahmi memandang muka sahabat-sahabatnya dan mereka semua menganggukkan kepala tanda bersetuju dengan keputusan itu.“Saya mengemukakan Quran kepada tuan ialah supaya isu-isu dasar itu dibincangkan lebih dulu. Jikalau tuan mahu mengelakkan diri daripada persoalan dasar ini dan mahu membincangkan isu-isu sampingan, itu bererti tuan tidak dapat menjawabnya.” kata Peter dengan sikap angkuh.Umar Lahmi segera menjawab, “Baiklah, tuan mahu membincangkan isu-isu dasar, terlepas daripada persoalan agama tuan dan mahu berselindung di balik AlQuran. Jikalau tuan mahu membincangkan isu-isu dasar, mari kita selesai ini dulu. Apakah Adam benar-benar ada melakukan satu dosa dan bila kita putuskan dia benar-benar ada berbuat dosa, maka patutlah kita bincangkan pula apakah dosa itu diperturunkan dari generasi ke generasi sampai meliputi seluruh umat manusia. Yakni, kerana dosa Adam itu, semua manusia dengan sendirinya ikut dibebani dosa? Jika keadaannya benar begitu, kita akan bincangkan bagaimana noda dosa itu dapat dihapuskan? Kemudian kita bincangkan pula tentang kesucian Nabi Isa, tentunya menurut Kitab Injil. Sesudah itu tuan mesti buktikan kepada kami bahwa Jesus itu Tuhan dan hanya dia saja dapat memerdekakan manusia daripada dosa. Apabila semua ini dapat dijelaskan maka tuan mesti buktikan pula bahwa Jesus benar disalib dan kerana semua dosa manusia dia telah tinggal selama tiga hari di dalam neraka. Inilah yang patut dibahaskan dan bukan apa yang tersebut di dalam AlQuran tentang Nabi Isa.”“Semua itu tidak relevan. Tidak ada perhubungannya dengan persoalan.” Peter menampik. “Apa yang saya maksudkan ialah untuk membuktikan dari Quran sendiri bahwa Jesus ‘Roh Allah’ dan ‘Kalam Allah’ dan telah menghidupkan orang yang sudah mati. Olehkerana itu, agama Kristian itu benar.”Umar Lahmi menjadi tidak senang dengan putar belit paderi tua itu. Masa sudah berjalan beberapa minit, pokok perbincangan belum juga diperolehi. Dia lalu memandang kepada Isabella yang sejak perbincangan itu dimulai tidak pernah melepaskan matanya dari wajah itu.Sambil menunjuk kepada Isabella, dia berkata, “Sekarang saya tunjuk nona ini sebagai hakim dan memintanya memberitahu mengapa kami diundang kemari? Nah! Saudari mesti katakan apa yang telah saya tulis di dalam surat saya dan Kenapa saudari membawa kami kemari?”Isabella yang sedang tenggelam di dalam lamunannya itu agak tersentak apabila ditunjuki Umar Lahmi serupa itu. Pipinya tiba-tiba menjadi merah.Dengan suara yang rendah tetapi berwibawa, dia menjawab, “Sebenarnya, perbincangan ini ialah untuk menentukan apakah hukum-hukum agama itu satu kutukan ataupun tidak. Tetapi keberatan yang dikemukakan oleh bapa suci kami juga ada kebenarannya. Menurut pendapat saya, mula-mula kita bahaskan dulu keberatan-keberatan tuan kemudian barulah bapa suci memajukan pula soalan-soalan tentang Quran.”Umar Lahmi mengangguk-anggukkan kepala tanda bersetuju dengan pendapat Isabella.“Nah, saya bersetuju dengan pendapat nona. Sekarang saya buka gelanggang ini kepada tuan. Saya berjanji bahwa apbila tuan dapat menyelesaikan keberatan-keberatan kami dengan penjelasan yang meyakinkan, kami dengan tidak melewatkan waktu membenarkan tuan memajukan soalan-soalan secara umum. Tapi apabila saya berjanji mahu menganut agama Kristian, saya fikir tidak perlu lagi kita berbahas panjang-panjang.”Umar Lahmi menutup kata-katanya itu dengan senyum kecil dan memandang Isabella dengan ekor matanya. Isabella yang dapat melihat jelingan Umar Lahmi itu merasa tersindir.“Baiklah,” ujar Peter, “sebutlah soalan-soalan tuan dengan jelas bersama-sama dengan pendirian tuan mengenainya.”“Tuan boleh menjawab soalan saya satu persatu, persoalan demi persoalan. Ini akan menjadi lebih jelas.: kata Umar Lahmi. “Mula-mula, cuba beritahu saya apakah ‘jangan mencuri, jangan membunuh, jangan menimbulkan kesukaran kepada tentangga dan lain-lainnya’ itu merupakan firman-firman Tuhan dan apakah ada kaitannya pula dengan hukum-hukum agama?”“Sudah tentu. Semua itu ada kaitan dengan undang-undang agama.” jawab Peter dengan cepat.“Apakah pula dikri satu Paul tentang hukum-hukum agama?” tanya Umar Lahmi lagi.“Dikri bagaimana? Saya tidak faham.” jawab Peter, mengangkat muka memandang Umar Lahmi seperti hairan.“Tuan faham benar-benar perkara itu.” kata Umar Lahmi dengan suara agak keras sedikit. “Cuma tuan mahu mengelak daripada menjawabnya. Katakan saja bahwa satu Paul telah menganggap hukum-hukum agama itu sebagai satu kutukan.”“satu Paul menganggap hukum-hukum agama itu sebagai kutukan dari sudut bahwa inti hukum agama itu adalah bahagian daripada Jesus Kristus dan betapa bodoh apabila inti ditinggalkan sedangkan kulitnya dikejar-kejar.”“Begitulah pula yang saya maksudkan.” jawab Umar Lahmi. “satu Paul yang menganggap Jesus sebagai jiwa dan hukum-hukum agama sebagai tubuh telah mengatakan hukum-hukum agama itu sebagai satu kutukan dan apabila tuan juga berkata Firman Perjanjian Lama ada kaitannya dengan hukum-hukum agama maka menahan diri dari membunuh dan berzina juga adalah satu kutukan.”Mendengar hujah Umar Lahmi itu, Peter, paderi tua, kelihatan resah sedikit tetapi dia menjawab dengan satu dalih.“Perkara ini sebenarnya merupakan satu perkara ghaib dan tuan tidak dapat memahaminya tanpa bantuan dari ‘Roh Kudus’ dan tidak semestinya pula bahwa sesuatu problem yang tidak dapat difahami itu merupakan perkara salah. satu Paul telah menganggap hukum-hukum agama secara lahiriahnya satu kutukan dan tidak pula tertuju kepada semua bentuk hukum agama.”“Benar. Memang betul satu Paul mengatakan hukum-hukum agama pada lahiriahnya satu kutukan. Sekarang cuba terangkan kepada saya. Jikalau tidak mencuri, tidak berzina, tidak menganggu keluarga dan lain-lain lagi itu adakah hukum-hukum agama yang lahiriah atau dalaman, rohaniah dan moral?” tanya Umar Lahmi.“Tuan hanya menumpukan soalan kepada topik yang sama.” Peter membantah. “Cuba dengar. Apa yang dikatakan oleh Jesus Kristus adalah lebih baik daripada yang dikatakan oleh satu Paul. Tuhan kami menyuruh kami mengikut Firman-Firman Perjanjian Lama.* “ ( *sila lihat Injil, Matius Bab 5:19 sampai Bab 10:25 )“Iaitu memperoleh keselamatan maka perlu mengikuti Perjanjian Lama juga.” kata Umar Lahmi. “Kalau sudah memang demikian keadaannya, mengapa pula tuan menimbulkan perkara penebusan dosa dengan menyalibkan ‘Putera Tuhan’? Iaitu, mengapa Penebusan Dosa Momok ini apabila Perjanjian Lama perlu diikuti? Apakah perlu mengikuti Firman-Firman Perjanjian Lama malah sesudah Kristus menebus dosa?”“Kami tidak tahu apa-apa.” jawab Peter dengan suara perlahan. “Kecuali Tuhan kami telah mengarahkan kami mengikut Perjanjian Lama. Tetapi keselamatan tidak dapat diperoleh hanya semata-mata mengikuti Perjanjian Lama tanpa ada penebusan dosa.”“Jadi, Nabi Musa, Nabi Daud, Nabi Sulaiman, Nabi Yusuf, Nabi Nuh dan lain-lain nabi itu kehilanganlah keselamatan mereka kerana jalan keselamatan mereka satu-satunya hanya dengan mengikuti hukum-hukum agama?” tanya Umar Lahmi. “Begitu juga dengan para pengikutnya, keselamatan mereka dicabut.” sambungnya lagi.“Sebelum kedatangan Kristus, jalan keselamatan satu-satunya ialah dengan mengikuti hukum-hukum agama tetapi penebusan dosa oleh Jesus Kristus telah mengubahnya dan sekarang jalan yang ada hanyalah penebusan dosa.” jawab Peter.Umar Lahmi tersenyum mendengar jawaban Peter yang berbelit-belit itu. Dia memandang muka Isabella dan muka itu walaupun kelihatan tenang tetapi sedang tenggelam dalam satu fikiran yang membingungkan. Umar Lahmi memandang muka Peter, ditenung matanya.“Mula-mula tuan menolak apa yang sudah dikatakan oleh satu Paul iaitu hukum-hukum agama bukan satu kutukan kemudian tuan menolak hukum-hukum agama sebagai dasar keselamatan. Dapatkah tuan mengemukakan kata-kata ‘wali’ yang lain untuk membuktikan bahwa ucapan satu Paul ‘hukum-hukum agama itu satu kutukan’ tidak benar?”Tiba-tiba paderi kurus yang bermuka cengkung dari sudut sebelah kiri menyampuk dengan suara yang lantang.“Tuan-tuan! Percakapan tentang hal ini adalah perbuatan murtad dan kufur. Semua yang dibincangkan berkaitan dengan perkara-perkara ghaib. satu Paul memang mengatakan hukum-hukum agama satu kutukan dan kata-kata itu benar tetapi tuan-tuan tidak dapat memahami perkara-perkara ghaib serupa ini. Jalan keselamatan kami ialah ketuhanan Kristus dan penebusan dosa kerana Jesus bebas daripada dosa dan ia penjelmaan Tuhan, yang kerana kesayangan dan perbuatan baiknya menderita di atas salib sebagai ganti kita semua dan memberi kita keselamatan.”“Jangan itku rasa hati dalam perselisihan persahabatan.” ujar paderi yang bertubuh gemuk dan berkepala bulat dan licin. Dia duduk di sebelah kanan Peter. “Tuan sudah mulai menyangkal satu Paul.”“Inilah hasil perbincangan yang tidak benar dan tidak beralasan. Tuan kini telah mula membicarakan soal ketuhanan dan penebusan dosa.” kata Umar Lahmi. “Eloklah kita selesaikan lebih dulu perbahasan mengenai hukum-hukum agama dan kutukan.”“Kami telah memberikan jawaban yang meyakinkan kepada tuan. Jadi, sekarang kami berikan masa selama delapan hari untuk tuan beristirehat. Andaikata keraguan tuan-tuan masih belum dapat dipecahkan pada masa itu, tuan-tuan boleh datang lagi kemari.” kata Peter.Umar Lahmi tidak menghiraukan kata-kata paderi tua itu.Sebaliknya, dia bertanya, “Tuan tidak menganggap hukum-hukum agama sebagai satu kutukan dan kolega tuan pula mengatakan ia itu satu kutukan dan satu Paul berada di pihat yang benar. Jadi, mana satu di antara tuan-tuan ini yang benar?”“Orang yang mengatakan hal ini tidak ada kaitannya dengan misteri agama Kristian. Jangan tuan pedulikan kata-kata mereka itu.” jawab Peter.Umar memandang kepada Isabella.“Nah, cuba terangkan kepada saya yang mana benar di antara mereka ini dan apakah satu Paul itu silap kerana mengatakan hukum-hukum agama satu kutukan?”Sekali lagi, Isabella tersentak apabila Umar Lahmi memajukan pertanyaan kepadanya.“Saya datang kemari untuk mendengar perbahasan dan bukan untuk ikut campur. Tapi saya akan meminta kepada guru saya, Bapa Michael, untuk menyelesaikan masalah ini kerana beliau seorang ilmuwan yang agung dan cendekiawan pula, kerana sebagai sebahagian daripada tamu-tamu terhormat yang lain saya sendiri pun belum begitu faham tentang hal ini.”Kata-kata Isabella itu bagai petir di tengah hari. Semua orang yang hadir di dalam gereja amat terperanjat mendengarnya, lebih-lebih lagi para paderi yang duduk di meja persidangan. Mereka memandang muka Isabella dengan pandangan tajam yang berisi kehairanan. Di tempat para penonton telah timbul keributan kecil.Melihat keadaan yang mula kacau, Michael bangun dan berkata, “Saudara-saudara, kita semua berhimpun di sini untuk mencari kebenaran dan sesungguhnya ini adalah satu tugas yang berfaedah. Tetapi untuk tujuan ini, maka perlulah kita mempunyai hati yang tulus ikhlas dan satu keinginan untuk menerima kebenaran. Masalah keimanan yang sedemikian itu tidak akan dapat dicapai oleh seseorang dengan usahanya sendiri tanpa pertolongan Tuhan. Oleh sebab itu, kita harus berdoa kepada Tuhan dengan setulus hati agar Dia menunjukkan kebenarn kepada kita melalui bantuan Roh Kudus dan menampakkan kepada kita segala misteri agama Kristian.”Michael terpaksa berhenti sejenak kerana dari para hadirin Kristian terdengar ucapan Amen sedarun. Kemudian dia menyambung semua.“Saudara-saudara. Apakah hukum-hukum agama itu satu kutukan atau tidak adalah satu soalan titik-bengik, tidak penting. Persoalan yang sebenarnya ialah saudara-saudara Muslim kita ini tidak mengetahui tentang kepercayaan Kristian dan dasar-dasar pokoknya, sebab itulah mereka gemar berpolemik. Intisari agama kita hanya terletak pada dua kalimat, iaitu ketuhanan Kristus dan penebusan dosa. Seseorang yang memahami erti kedua kalimat ini maka fahamlah dia semua rahsia agama Kristian. Betapa sayangnya Tuhan kepada kita sehingga Dia mengirim putera tunggalnya bagi keselamatan kita untuk memikul semua derita manusia di dunia ini dan akhir sekali Dia telah dibunuh di atas salib sebagai penebus semua dosa kita. Oleh sebab itu saya ingin memohon kepada sahabat saya, Umar Lahmi, dan kawan-kawannya supaya membatalkan saja perbahasan yang sia-sia mengenai hukum-hukum agama dan kutukan dan memikirkan tentang keperibadian suci Tuhan Jesus kita dan penebusan dosanya yang tidak ada tolok bandingan. Marilah masuk agama Kristian.”Umar Lahmi merasa gusar dengan ucapan Michael yang sama sekali tidak diduganya itu lalu dengan segera dia menjawab, “Kami datang kemari bukanlah kerana mahu bercakap perkara-perkara yang kosong. Kami semua ada prinsip dan kami mahu membahaskan masalah-masalah dasar. Kami telah pun menjelaskan pokok perbincangan kita di dalam surat kami dan saudari Isabella ini yang menjadi saksinya. Jadi, kalau tuan mahu membatalkan pokok persoalan awal kita itu dan mahu membincangkan entang ketuhanan Kristus dan penebusan dosanya, saya juga bersedia asal saja tuan tuliskan bahwa kita batalkan masalah hukum-hukum agama itu dan kita patut bincangkan tentang ketuhanan Kristus dan penebusan dosanya pula.”“Kami tidak bermaksud bahwa tuan tidak boleh bincangkan masalah-masalah itu,” kata Peter berdalih, “cuma kita patut tinggalkan isu-isu sampingan dan bincangkan masalah-masalah dasar.”Umar Lahmi mulai jengkel. “Jadi, Kenapa tuan-tuan undang kami kemari? Gereja dan masjid tidak perlu diperbahaskan. Kalau tuan-tuan tidak mahu berbincang, katakanlah dengan berterus terang supaya masa kami terbuang tidak sia-sia begini.”“Tuan sudah salah faham tentang kata-kata Peter Suci. Dia tidak bermaksud kita tutup terus perbincangan ini. Dia cuma mahu menekankan bahwa pertanyaan-pertanyaan mengenai masalah dasar yang dapat tuan fikirkan, tuan kemukakan kepadanya. Tapi sekarang sudah tengah hari dan tuan-tuan mungkin akan pergi makan. Bila waktu yang sebaik-baiknya tuan-tuan dapat kemari lagi?” Michael cuba membujuk.“Sekaranglah waktu yang sebaik-baiknya.” ujar Umar Lahmi. “Tidak sesiapa yang boleh menentukan apakah kita akan mendapat kesempatan yang berfaedah seperi ini lagi.”“Tapi tuan-tuan akan menunaikan solat?” kata Michael lagi.“Kami boleh bersolat di gereja ini.” jawab Umar Lahmi.Peter lalu mencelah. “Saya fikir lebih baik kita berbincang lagi hari Ahad depan.”“Saya berpendapat perbincangan ini tidak boleh ditangguhkan terlalu lama. Mungkin kita mendapat petunjuk dari Allah.” kata Umar Lahmi.“Baiklah. Kita sambung perbincangan ini esok pada masa yang sama sampai tengah hari.”“Jika perbincangan ini mahu ditangguhkan sampai esok,” Isabella tiba-tiba ikut campur, “tidak usah diberhentikan sampai tengah hari tetapi dilanjutkan sehingga petang. Barangkali kita boleh sampai kepada sesuatu keputusan.”Michael segera menjawab, “Sama sekali tidak. Tidakkah kita ada membuat kerja-kerja lain juga?”“Saya fikir tidak ada kerja lain yang lebih penting daripada perbincangan ini.” jawab Isabella, tidak mahu kalah.Orangramai mulai bising. Akhirnya, diadakan satu perbincangan kecil di antara para paderi dan Umar Lahmi serta sahabat-sahabatnya. Mereka membuat keputusan akan menghentikan perbincangan hari itu sampai di situ saja dan akan disambung semula esok dari pagi sampai ke tengah hari. Pertemuan yang pertama itu pun berakhir. Setelah mengucapkan terima kasih kepada semua orang-orang Kristian, Umar Lahmi dan sahabat-sahabatnya meninggalkan gereja besar.Isabella dan para paderi lain masih tinggal sehingga semua hadirin keluar meninggalkan tempat itu, pulang ke rumah masing-masing.Setelah orang-orang lain habis keluar, paderi yang berbadan kurus bermuka cengkung bangun lalu berjalan mendekati Isabella.“Amat mendukacitakan yang kamu telah memberi kesempatan kepada orang-orang kafir itu untuk mengemukakan keraguan mereka dan mengejek agama Kristian.”Belum sempat Isabella menjawab, paderi itu berjalan ke tempat Michael.“Satu-satunya cara mahu melayani orang-orang murtad itu ialah meletakkan Quran di hadapan mereka. Peter Suci telah berbuat serupa itu pada mulanya tetapi malang, mereka menggelecek keluar dan membahaskan tentang hukum-hukum agama. Kalau esok terjadi lagi yang serupa, alamat kita akan dikecewakan dengan teruk kerana mereka tanyakan ialah tentang rahsia ketuhanan yang tidak siapa pun tahu kecuali wali-wali saja.”“Sebetulnya perbincangan itu sejak awal lagi telah menyimpang ke saluran salah kalau tidak mereka telah tunduk oleh Quran mereka sendiri.” kata Michael menyampuk paderi kurus itu. “Bukankah Quran ada mengatakan yang Tuhan Jesus kita itu ‘pembawa hidup’ dan menghidupkan semula yang sudah mati? Bukankah Quran menyebutnya ‘Roh Allah’ dan ‘Kalimat Allah’?Peter kemudian berkata, “Pokok perbincangan esok hari sudah ditetapkan. Iaitu mengenai ketuhanan Kristus dan penebusan dosa. Aku dengan licik telah memesongkan mereka ke pokok persoalan lain tetapi kau, Michael, telah membawa mereka kembali ke persoalan itu.”“Tuan jangan salahkan saya. Itu semua perbuatan tuan sendiri.” jawab Michael menangkis tuduhan paderi tua itu.“Buat apa lagi kita memuaskan nafsu dengan perbahalan sesama sendiri.” kata seorang paderi lain. “Kita tunggu esok dalam perbahasan tentang ketuhanan Jesus. Agama Kristian kita bukan seperti bubur lembutnya boleh ditelan dengan sekali teguk saja.”Dia bangun dan meminta diri. Semua paderi pun ikut meminta diri dan meninggalkan gereja. Mereka pulang ke tempat masing-masing dengan membawa berbagai-bagai macam fikiran.Isabella dan ketiga orang sahabatnya berjalan di belakan paderi-paderi itu. Dalam masa berjalan itu, dia berkata kepada sahabat-sahabatnya.“Cuba kalian lihat. Di belakang orang-orang Muslim, mereka bercakap besar bahwa orang-orang Muslim tidak akan dapat berhadapan dengan mereka. Tetapi bila duduk berhadapan, tembelang mereka terdedah semuanya. Aku sangat menyesal bapaku terpaksa meninggalkan gereja sebaik saja selesai dia memimpin sembahyang kerana dia terlalu percaya dengan kebolehan dan ilmu Bapa Michael dan Bapa Peter. Kalau tidak, dia tentu boleh tutup mulut orang-orang Muslim itu.”“Sebenarnya, masalah itu terlalu berat, apakah bapamu sanggup menghadapinya?” Salah seorang sahabatnya menyahut.Seorang lagi mencelah, “Sebenarnya, kepercayaan dan dogma kita terlalu kabur. Kalau tidak masakan paderi-paderi kita itu terpukul begitu teruk?”“Minta dijauhkan Tuhan! Baru saja sekali berbahas kamu berdua sudah mula berputus asa. Kepercayaan kita cukup teguh asasnya tetapi mesti ada seseorang yang boleh menjelaskannya. Lihat saja esok nanti. Bila ketuhanan Kristus dibahaskan betapa teruk mereka akan dihentam.”Mereka lalu berpisah di persimpangan jalan. Masing-masing pulang ke rumahnya.
BAB 5 Kedua Pertemuan
Pada pagi Isnin, para paderi mula datang ke gereja besar. Pada hari itu juga, bersama-sama Isabella, ikut hadir perempuan-perempuan Kristian yang ingin mendengar perbincangan. Ruang sembahyang gereja sudah penuh dengan penonton lelaki dan perempuan, tua dan muda. Di meja panjang yang berhampiran dengan podium tempat paderi besar membaca khutbah sudah duduk para paderi yang ikut di dalam perbincangan hari kelmarin, diketuai oleh paderi tua Peter dan pembantu kanannya, Michael. Isabella ikut bersama-sama mereka. Tepat jam delapan, Umar Lahmi dan sahabat-sahabatnya muncul di pintu depan gereja. Selain daripada Maaz dan penyokong-penyokong yang ikut dalam perbincangan pada hari kelmarin yang memang sudah dikenali, ada beberapa orang muka baru. Ini membuat para paderi bercakap berbisik-bisik sesama sendiri. Mereka kelihatan agak gusar tetapi tidak dihiraukan oleh Umar Lahmi. Dia segera mengambil tempat duduknya berhadapan dengan paderi-paderi itu.Sebaik saja selesa duduknya, Umar Lahmi pun berkata, “Kelmarin kita telah membuat keputusan akan berbahas pada hari ini mengenai ketuhanan Kristus dan penebusan dosa. Oleh sebab agak sukar mahu membincangkan kedua-dua masalah ini sekaligus maka ada baiknya kita bincangkan secara berasingan.”Peter segera menjawab, “Kedua-dua masalah ini sebenarnya satu dan saling berkait. Jadi, tuan boleh pilih mana satu yang tuan suka.”“Terima Kasih.” kata Umar Lahmi.Dia lalu membaca beberapa ayat dari Surat Al-Furqan. Wajah Isabella tiba-tiba berubah. Kulit mukanya yang putih bersih menjadi merah seperti bunga raya kembang pagi. Bacaan Umar Lahmi terhenti apabila dia mendengar ada benda yang jatuh tidak jauh dari tempat duduknya. Dia yang sedang berpejam segera membuka mata dan dilihat sahabat Isabella sedang menolong mengangkat Isabella duduk. Seluruh hadirin menjadi gempar dan berdiri melihat ke depan.Maaz membisikkan ke telinga Umar Lahmi memberitahu bahwa anak gadis itu terlalu terpesona dengan ayat-ayat AlQuran yang dibacanya. Peter dan Michael bukan main lagi terkejut melihat keadaan Isabella itu. Mereka serentak bertanya sebab musabab terjadi serupa itu tetapi Isabella tidak menjawab. Hanya beberapa titik airmata jatuh meleleh di atas pipinya yang masih merah. Isabella cuba menenangkan dirinya dengan keadaan yang agak payah. Dia memberitahu sahabatnya bahwa sejak bulan yang lalu dia mendapat serangan tiba-tiba serupa itu. Dia memberi isyarat supaya mereka jangan menghiraukan keadaannya. Mereka boleh meneruskan perbincangan. Sebahagian daripada paderi yang duduk di meja mencurigainya.“Dia tidak apa-apa,” kata sahabat Isabella, “dia selalu mendapat serangan tiba-tiba serupa itu.”Keterangan sahabat Isabella telah dapat mengikis sangkaan para paderi bahwa Isabella sudah mula terpengaruh dengan Islam. Setelah berhenti sejenak, Umar Lahmi menyambung bacaannya.Dia berdiri lalu berkata, “Tuan-tuan, kami telah diberitahu bahwa asas prinsip agama Kristen ialah ketuhanan Kristus dan penebusan dosa. Jadi saya ingin majukan satu pertanyaan yang boleh menghuraikan masalah ketuhanan Kristus. Pertanyaan itu ialah: apa keperluannya yang khusus maka ‘Putera Tuhan’ membuat pengorbanan bagi penebusan dosa? Kalau untuk tujuan itu saja, orang alim yang lain juga boleh dipilih untuk mengorbankan jiwanya sebagai ‘penebusan dosa semua orang yang berdosa’. Apa sebab secara istimewa ‘Putera Tuhan’ telah disalib?”Para paderi telah berbisik sesama sendiri, berbincang perlahan-lahan. Sejurus kemudian, mereka memilih Peter untuk menjawab tetapi dia berada dalam keadaan bingung. Namun sebagai sikap kebapaan, dia bangun juga dan bercakap dengan lidah yang terketar-ketar.“Untuk penebusan dosa, ‘Putera Tuhan’ diperlukan kerana orang lain baik dia nabi atau rasul penuh dengan dosa. Orang yang ada dosa tidak dapat menebus dosa orang lain. Kerana Tuhan Jesus Kristus satu-satunya ‘Putera Tuhan’ dan bebas dari dosa maka dia dikorbankan untuk kepentingan semua oang yang berdosa.”“Baiklah,’ kata Umar Lahmi, “cuba terangkan apa yang disalib. Apakah ketuhanan yang disalibkan untuk penebusan dosa ataupun kemanusiaan yang ada pada Kristus? Jikalau ketuhanan Kristus yang disalibkan maka bererti bahwa Tuhan yang tunggal dan tanpa sekutu itu memikul semua beban seksaan penyaliban dan kematian datang ke atas peribadi Tuhan yakni Tuhan sudah mati. Tetapi kalau kemanusiaan di dalam Kristus yang disalib, jawaban tuan sudah hilang semua kekuatannya kerana kalau begitu caranya maka penyaliban manusia adalah lebih cocok dan bukan Tuhan kerana kedua-duanya menunjukkan akan kemanusiaan di dalam Kristus bukan ketuhanannya yang dikorbankan.”“Sudah tentu. Tuhan Jesus merupakan ketuhanan yang sempurna dan kemanusiaan yang sempurna. Kedua-dua sifat ini terhimpun dengan baik di dalam dirinya. Tetapi kemanusiaannya seperti juga dengan ketuhanannya bebas daripada dosa dan sebab itu pengorbanannya amat perlu kerana manusia lain semuanya bergelimang dosa. Dengan demikian mereka tidak sesuai untuk penebusan dosa.” kata Peter.“Itulah,” jawab Umar Lahmi, “kerana tidak ada manusia di dalam dunia ini yang bebas daripada dosa maka Tuhan sendiri terpaksa turun ke dunia dan ketuhanannya tidak disalib tetapi kemanusiaannya. Andaikata seorang manusia yang bebas daripada dosa diperlukan untuk menebus dosa, mengapa Tuhan tidak cipta seorang manusia yang bersih sehingga tidak payah Tuhan sendiri mati di atas tiang salib kerena penebusan dosa.”Peter menjawab, “Tuhan saja yang mengetahui perkara yang ghaib. Kita tidak boleh kata Kenapa Dia tidak berbuat serupa itu dan Kenapa Dia sendiri datang ke duni untuk tujuan itu. Tetapi tentang hal ini, kami tahu bahwa Tuhan datang ke dunia untuk menebus dosa untuk menunjukkan kasihsayangNya yang agung terhadap kemanusiaan. Bahwa sayangnya Tuhan kepada makhluNya sampai ke tingkatan mengutus putera tunggalNya untuk menyerahkan nyawa sebagai galang ganti manusia-manusia lain. Tujuan ini tentu tidak akan tercapai kalau hanya dengan mengutus orang lain.”“Jikalau kasih sayang Tuhan sudah sedemikian besar kepada makhlukNya, Kenapa Dia tidak mengutus ‘puteranya’ itu awal-awal lagi untuk disalib? Apakah tidak ada manusia sebelum Kristus yang patut dipedulikan oleh Tuhan? Apa sebab Dia baru menunjukkan kasihsayangNya itu setelah beribu-ribu tahun berlalu?” Umar Lahmi memajukan pertanyaan tanpa melepaskan peluang.Peter menjadi serba salah. Dia lalu cuba melepaskan dirinya dengan menjawab, “Kita tidak tahu tentang keghaiban ini. Misteri Tuhan hanyalah diketahui Tuhan saja.”“Pertanyaan saya masih belum berjawab. Rujukan kepada keghaiban berulang-ulang tidak akan dapat menyelesaikan masalah. Nah, cuba katakan saja, kalaulah hanya kerana kemanusiaan penyaliban itu dilakukan maka kedatangan Tuhan ke dunia adalah sia-sia belaka. Orang lain pun boleh dikorbankan juga.”“Saya sudah menjawab,” ujar Peter, “manusia tidak dapat dijadikan penebus dosa kerana dia sendiri bergelumang dengan dosa. Kemanusiaan Kristus sesuai untuk penebusan dosa kerana dia adalah penjelmaan kemurnian dan tidak berdosa.”“Kerana kemanusiaan Kristus murni dan tidak berdosa maka dia menjadi perlu untuk dipikulkan beban dosa seluruh manusia ke atas pundaknya.” Umar Lahmi berhujah. “Tuan paderi yang mulia, logika tuan itu sedikit pun tidak meyakinkan malah kepada tuan sendiri juga. Sekarang cuba terangkan, apa salahnya jikalau ‘Putera Tuhan’ ini berbuat sesuatu yang lebih baik yang boleh menebus dosa semua orang daripada dia dibebankan dengan dosa-dosa itu? Dengan jalan itu, tidaklah payah Kristus yang tidak berdosa memikul beban dosa orang lain, tidak perlu dia disalib dan tidaklah timbul persengketaan tentang ketuhanan dan kemanusiaan. Penawar bagi dosa ialah kebajikan, kedatangan Kristus ke dunia ini sepatutnya membuat kebajikan-kebajikan sebagai penebus semua dosa dan bukan membunuh dirinya untuk penebusan dosa.”“Kita tidak dapat menasihati Tuhan. Dia berbuat apa yang disukaiNya. Satu kekurangan ajar kalau mahu mencapai darjat Tuhan.” Peter menjawab.Umar Lahmi tidak menghiraukan jawaban Peter yang kasar. Sebaliknya dia berkata, “Tuan tahu bahwa Kristus dilahirkan dari rahim Maryam Perawan. Nah, apakah kelahiran itu ada pertaliannya dengan manusia dan Tuhan yakni apakah yang dilahirkan itu ‘Tuhan’ atau ‘manusia’?”“Tuhan bebas daripada cacat kelahiran. Kemanusiaan di dalam Kristus itulah yang dilahirkan.” jawab Peter dengan nada gugup.“Siapa yang mati di atas salib? Tuhan atau manusia?”“Tuhan itu bebas dari cacat kematian. Manusialah yang mati di atas salib. Iaitu kemanusiaan Kristus.” jawab Peter lagi.“Kalau begitu,” kata Umar Lahmi, “kelahiran dan kematian ada pertalian dengan kemanusiaan Kristus dan bukan dengan ketuhanannya.”“Benar. Memang benar.” jawab Peter dengan cepat dan bersungguh-sungguh.Umar Lahmi lalu mencapa Kitab Injil yang terletak di hadapan Michael. “Maafkan saya. Saya minta pinjam sebentar.”Michael tidak sempat menjawab, Kitab Injil itu sudah ada di dalam tangan Umar Lahmi dan sedang membuka halamannya. Para paderi memandang kejadian itu dengan perasaan terkejut dan tanpa berkata bertukar-tukar pandangan antara satu dengan yang lain. Isabella semakin tertarik dengan perjalanan perbincangan itu dan dengan diam-diam dia mengagumi kepintaran dan keluasan ilmu Umar Lahmi.Umar Lahmi membuka pada Injil Ayub bab 15:14.“Cuba lihat, di sini ada tertulis ‘Masakan manusia bersih, masakan benar yang lahir dari perempuan?’ dan kerana kelahiran itu bukan bersifat ketuhanan tetapi kemanusiaan maka mengikut pendapat Ayub, kemanusiaan Kristus juga bergelimang dosa.” Umar Lahmi membuka halaman lain pula.“Dan lihat apa yang tertulis pada kitab Roma 6:23 bahwa ‘upah dosa ialah maut’ yakni kematian ialah bukti bahwa yang mati itu penuh dengan dosa. Oleh sebab itu timbul lagi pertanyaan: apakah sebab Tuhan tidak menyalibkan orang lain yang berdosa supaya ketuhanannya dapat diselamatkan? Selanjutnya, menurut tuan seseorang yang berdosa tidak boleh menebus dosa orang lain, jadi jelaslah Kristus tidak sesuai untuk penebusan dosa.”Peter kelihatan rusuh dan peluh-peluh renik memancut keluar dari dahi dan pipinya.“Saya telah katakan bahwa semua ini adalah perkara-perkara ghaib ketuhanan. Tuhan berbuat apa yang disukaiNya. Bagaimana tuan atau saya boleh mengkritikNya?”Umar Lahmi dengan suara lantang yang dapat didengar oleh semua yang hadir berkata, “Jikalau agama tuan hanya berdasarkan kepada keghaiban ketuhanan saja, Kenapa tuan jemput kami kemari, menghabiskan masa tuan dan juga masa kami dengan sia-sia saja?”Ucapan Umar Lahmi yang lantang itu telah menimbulkan keributan di tempat penonton. Isabella yang memang menaruh minat kepada soal-soal teologi, mendengar dengan penuh perhatian tiap-tiap patah perkataan yang keluar dari mulut Umar Lahmi. Terguris di dalam hatinya rasa hairan pada Peter Suci yang amat dihormatinya itu, Kenapa apabila dia tidak dapat menjawab sesuatu masalah yang ditimbulkan oleh lawannya, dia lalu lari berselindung di balik tabir misteri ketuhanan. Keributan di tempat penonton semakin menjadi-jadi. Mereka tidak sabar menunggu jawaban dari paderinya tentang kata-kata Umar Lahmi yang agak pedas itu.Tiba-tiba Michael bangun sambil memberi isyarat dengan tangannya supaya penonton berdiam diri.Dia berkata, “Saudara-saudara. Hari ini ialah hari konfrontasi antara agama Kristian dengan agama Islam. Saudara-saudara tentu telah tahu apa itu agama Islam? Agama itu mewajibkan kahwin empat isteri. Membunuh orang-orang bukan Islam tanpa memandang bulu dan Rasulnya kahwin dengan sebelas perempuan dan …”Umar Lahmi melompat bangun dan menentang Michael dengan kata-kata, “Kalau tuan-tuan tidak dapat menjawab hujah saya katakan dengan berterus-terang dan kemudian apa saja kritikan tuan-tuan terhadap Islam boleh kemukakan, saya akan menjawab satu persatu.”Dia kemudian membalikkan badan memandang kepada hadirin.“Di mana letaknya moral tuan-tuan ini. Kami dipanggil kemari ke tempat tuan-tuan, pertanyaan kami tidak dijawab sebaliknya mengeluarkan kata-kata yang menghina.” Dia berpaling kepada Isabella, “Sekarang katakan apakah sikap para paderi saudari ini wajar?”Isabella dengan segera bangun dan dengan perkataan yang terpatah-patah berkata, “Saya telah mengikuti perbincangan ini dari awal sampai ke akhir. Saya merasa dukacita bahwa Bapa Suci Peter mahupun Bapa Michael tida pernah dapat memberi jawaban kepada hujah-hujah yang dikemukakan. Permintaan saudara Umar Lahmi adalah adil” Sama ada pertanyaan-pertanyaan itu diberi jawaban yang meyakinkan ataupun mengaku kalah saja. Tetapi saya berpendapat tuan-tuan tidak dapat melakukannya. Jadi lebih baik perbahasan ini diselesaikan sekrang dengan ketentuan bahwa agama Kristian tidak boleh dipersenda-sendakan dan betapapun juga pengetahuan atau ilmu tuan-tuan tidak dapat menghuraikannya. Saya merasa agak aneh bahwa …”Isabella tidak sempat meneruskan kata-katanya kerana ditegur oleh Peter, “Kau ini sudah gila, bercakap merepek serupa itu.”Peter kemudian berucap kepada para hadirin.“Sudah pasti anak gadis ini diresapi oleh syaitan dan dia sudah tersisih dari Kristus. Tidak hairan kalau dia sudah hilang ingatannya.”Mendengar kata-kata Peter, timbul kemarahan di dalam hati Isabella. Dia tanpa segan silu lagi menjawab agak keras.“Daripada bapa meluahkan perasaan bapa kepada saya yang hina ini bukankah lebih baik bapa menjawab pertanyaan orang-orang Muslim itu ataupun membatalkan saja perbahasan ini. Saya tidak berhajat menjawab tuduhan yang ditimpakan kepada saya di sini tetapi kalau ini rupa hadiah di atas keikhlasan saya maka saya lebih rela dituduh sebagai orang gila.”Michael yang merasa tersinggung dengan kata-kata Isabella segera menyampuk dengan suara yang keras.“Tak bolehkah kau diam? Bercakap, bercakap dan bercakap tak berhenti. Kami telah menjawab semua hujah-hujah orang Muslim. Kalau kau berani cubalah maju ke depan dan jawab.”Paderi gemuk pula bersuara, “Nampaknya anak perempuan ini secara diam-diam sudah murtad. Bagaimana dia mahu menjawab hujah-hujah orang-orang Muslim? Kelancangannya patut diberitahukan kepada bapanya yang dihormati dan dia patut dihukum dengan hukuman yang setimpal.”Catherine, sahabat Isabella, segera menjawab, “Malang sekali tuan-tuan semua sedikit pun tidak berlaku adil dan di atas pundak Isabella yang tidak berdosa ini tuan-tuan timpakan kesalahan. Ada yang mengatakannya gila dan yang lain pula membuat ancaman tetapi tidak seorang pun yang menumpukan perhatiannya kepada pokok persoalan. Isabella benar, apabila dia mengatakan tuan-tuan tidak dapat menjawab pertanyaan Umar Lahmi tetapi itu bukan bererti agama Kristian tidak benar.”Lalu dengan suara yang agak keras, dia melepaskan paku buah kerasnya.“Tuan-tuan semua tidak berguna dan cuba menodai agama Kristian dengan kebahlulan tuan-tuan.”Peter dengan tubuh tuanya melonjak bangun dan dengan suara yang marah berkata, “Usir perempuan-perempuan ini dari sini. Siapa yang membenarkan perempuan-perempuan bedebah ini ikut campur dalam perbincangan kita?”Umar Lahmi bangun cuba menyabari.“Kalau tuan benarkan saya bercakap, saya akan menjelaskan apa yang dimaksudkan oleh Nona Isabella.”Michael memandang tajam kepada Umar Lahmi.“Jangan tuan ikut campur percakapan kami. Ini soal rumahtangga kami sendiri.”Paderi yang berbadan kurus bermuka cengkung mencelah, “Bagaimana kalau Isabella dan Catherine ini sudah murtad?”Michael berpaling kepadanya dengan mata yang ragu-ragu.“Kita tidak dapat menentukan sekarang ini. Budak-budak perempuan ini tolol. Mereka mahu mempercepatkan perjalanan perbincangan meskipun masalahnya memakan masa berbulan atau bertahun hendak diselesaikan.”Perjalanan perbincangan telah terhenti buat seketika lamanya. Para paderi sedang sibuk berurusan mengenai masalah Isabella dan sahabatnya. Berbagai-bagai pendapat dan komen diluahkan kepada anak-anak perempuan yang malang itu. Mereka merancang tuduhan dan menghubungkannya dengan berbagai-bagai tohmah. Melihat keadaan yang ribut itu, Umar Lahmi dengan suayanya yang nyaring merdu membaca beberapa ayat AlQuran Surat Maryam. Seluruh hadirin diam terpaku dan suasana yang tadinya kacau itu menjadi senyap sunyi. Ada yang diam kerana terperanjat mendengar bacaan yang ganjil daripada biasa di perdengarkan di dalam gereja. Para paderi yang kebingungan menutup telinga mereka, khuatir ayat-ayat AlQuran itu menembus masuk ke dalam hati dan perasaan mereka. Ada sebahagian daripada orang-orang Kristian di dalam gereja termasuk Isabella yang faham sedikit bahasa Arab terharu mendengar pujian-pujian terhadap Nabi Isa dan ibunya yang suci dan bantahan-bantahan terhadap tohmah orang-orang Yahudi yang dilemparkan kepada mereka. Muka Isabella menjadi berseri-seri tetapi dia menguasai dirinya dengan sabar dan duduk tidak bergerak. Setelah selesai Umar Lahmi membaca ayat-ayat itu, barulah Isabella membuka mulutnya, menyusun kata-kata dengan teratur dan tenang.“Tuan-tuan. Saya memohon kepada tuan-tuan semua untuk menjadi saksi bahwa saya adalah orang Kristian yang sempurna. Oleh sebab itu, saya tidak mahu agama Kristian diperhinakan. Saya tidak maksudkan bahwa kita tidak ada jawaban bagi semua pertanyaan mereka tetapi masalahnya ialah paderi-paderi kita tidak memusatkan perhatian kepada persoalan-persoalan itu. Mereka berpendapat bantuan daripada Roh Kudus diperlukan untuk memahami kepercayaan Kristian dan hal ini dianggap sebagai satu kelemahan kita oleh orang-orang Muslim. Saya harap sesudah ini tidak ada lagi salah faham terhadap saya. Permintaan saya sekarang ialah kita teruskan perbincangan ini.”Paderi yang berbadan kurus membuat komen seolah-olah kepada dirinya sendiri.“Kita sama sekali tidak perlu berbincang dengan orang-orang kafir itu. Perbincangan yang lepas telah pun menggugat kepercayaan kita.”Teman yang disebelahnya menyampuk, “Apa maksudmu?”“Saya maksudkan orang-orang kafir ini sepatutnya kita usir dengan segera keluar dari gereja ini.” jawabnya sambil membuat muka.Temannya itu berkata, “Jangan berkata mengikut emosi. Masalah ini harus diputuskan sesudah ditimbang dengan saksama. Saya juga berpendapat perbincangan ini harus dihentikan saja. Nampaknya, tidak ada manfaat apa-apa.”Umar Lahmi mendengar apa yang sedang dibincangkan oleh paderi-paderi yang ada di sekitarnya.“Tuan-tuan, saya tahu tuan-tuan amat bangga dengan ajaran Nabi Isa sehingga kalau ada orang menampar pipi tuan-tuan, pipi yang sebelah lagi tuan-tuan berikan. Tetapi apa yang kami saksikan di sini sekarang? Apakah kami masuk kemari secara paksa? Apakah bukan tuan-tuan yang mengundang kami? Sekarang pun kalau tuan-tuan berterus-terang bahwa tuan-tuan tidak mahu berbincang lagi, kami akan meninggalkan tempat ini dengan segera. Tapi saya ingin ingatkan kepada tuan-tuan bahwa kami sudah sampaikan seruan kami dan Allah tidak akan membiarkan usaha kami itu berlalu begitu saja. Jadi, katakanlah apakah kami harus tinggalkan tempat ini ataupun tuan-tuan masih mahu berbincang?”“Tuan yang dihormati. Masalahnya sekarang ialah tuan tidak dapat memahami realiti kepercayaan agama Kristian dan kedatangan tuan-tuan kemari pun bukan itu tujuannya.” jawab Peter. “Andaikata tuan mahu menyambung perbincangan ini, tuan mesti menjawab pertanyaan saya dulu.”“Baiklah!” ujar Umar Lahmi. “Saya beri kebebasan kepada tuan untuk mengemukakan pertanyaan apa saja dan saya dengan rendah hati akan menjawabnya.”“Apakah Quran ada memuji Kitab Injil? Apakah tuan percaya dengan Kitab Injil?” tanya Peter.“Sudah tentu AlQuran memuji Kitab Injil dan kami orang Muslim percaya Kitab Injil, Taurat dan Mazmur dan semua kitab yang disampaikan oleh nabi-nabi.” ujar Umar Lahmi.“Kemudian, Kenapa tuan tidak percayakan Kitab Injil kami?” kata Peter lagi.“Kerana ia bukan Kitab Injil.” jawab Umar Lahmi. “Sekiranya seseorang itu menyusun sebuah fiksi dan menamainya Injil maka kami tidak terikat untuk mempercayainya kerana ia bukan Kitab Injil tetapi hanya menjudulkan saja serupa itu. Tuan boleh letakkan di hadapan kami Kitab Injil yang disebut di dalam AlQuran.”“Jadi, Injil yang disebut di dalam Quran itu berlainan dari Kitab Injil kami? Buktinya?” Peter dengan ghairah memajukan pertanyaan untuk memerangkap Umar Lahmi.Umar Lahmi menghadapi pertanyaan itu dengan tenang.“Benar, walaupun AlQuran menyebut-nyebut tentang Kitab Inji yang tulen, telah menyebut juga kepalsuan ‘Injil’ ini dan menunjukkan pernyataan-pernyataan yang salah.”“Jadi, apakah pernyataan-pernyataan salah Kitab Injil kami ini?” tanya Peter lagi.Umar Lahmi tersenyum kecil. Dia lalu mencapai Kitab Injil yang ada di hadapannya lalu membuka.“Sebagai contoh. Injil Matius bab 12:46-53 Jesus telah menolak mengakui ibunya, Maryam dan saudara-saudaranya kerana tidak melakukan kehendak bapanya di syurga. Penolakan ini samalah sebagai menuduh ibunya itu murtad. Padahal AlQuran kami menyebutnya ’siddiqa’ yang bererti dia bukan murtad tetapi seorang yang beriman dan warak. Dalam ayat yang sama dalam Injil Matius bab 12: 46-50 itu juga jelas menunjukkan keangkuhan Jesus dan ketidaksopanannya terhadap ibunya. Meskipun di dalam Taurat melarang keras menghormati dan memuja ibu tetapi AlQuran menyebutnya bahwa itu salah dan mengatakan Jesus telah berkata bahwa dia patuh kepada ibunya dan telah dilarang berbuat baik kepada ibunya itu. Ataupun juga seperti yang disebutkan dalam Injil bahwa Jesus telah dikutuk dan kerana kutukan tersebut maka dia telah disalibkan.* ( * sebagai bukti bahwa Kristus telah dikutuk, lihat Galatia 3 : 12-13 )Tetapi Kitab Suci AlQuran menyebutnya ‘Roh Kudus’ dan ‘Kalimat Allah’ dan bahwasanya ‘Al-Masih ibn Maryam seorang yang mempunyai kemegahan dan kemuliaan di dunia dan di akhirat dan salah seorang yang diperdekatkan kepada Allah.* “ ( *AlQuran 3:45 )Satu suara sumbang kedengaran dari khayalak ramai.“Itu salah! Injil mengatakan dia itu ‘Tuhan’.”“Ya. Sangat menakjubkan. Menurut tuan, Tuhan juga boleh dikutuk. Tuan telah mengutuk Kristus di samping mengakuinya sebagai Tuhan tanpa memperdulikan sedikitpun bagaimana Tuhan yang Menjadi Sumber semua kebaikan dan kesempurnaan itu pantas dikutuki.” kata Umar Lahmi menjawabnya.“Yang patut dikutuki ialah syaitan bukan Tuhan. Agama Islam tidak memuja Kristus sebagai dewa tetapi menganggapnya sebagai manusia biasa dan pada masa yang sama dia seorang yang bebas dari dosa dan diakui kesuciannya. Nah, cuba pilih apakah ‘Tuhan’ yang terkutuk itu baik dan suci ataupun seorang manusia yang bebas dari dosa?”Peter menyampuk, “Pokoknya mengapa tuan tidak percayakan Injil tetapi tuan telah melemparkan ke dalamnya persoalan kutukan. Kalau tuan ada mempunyai Injil yang original yang diakui Quran, nah bawa kemari kepada kami.”“Tuan tidak berhak memintanya dari kami. Kalau tuan telah mengakui lebih dulu bahwa Injil tuan itu karangan dan dipalsukan, pada waktu itu baru boleh tuan datang kepada kami meminta Injil yang sebenarnya. Saya sudah buktikan bahwa Kitab Suci AlQuran tidak mengesahkan kesahihan Injil yang ada sekarang ini tetapi telah membuktikan kepalsuannya dan secara terang-terangan menceritakan kesalahan-kesalahan Injil sekarang. Cuba bayangkan, bolehkah Injil ini yang memuja Kristus dan kemudian terbunuh di atas salib menjadi Injil yang diakui AlQuran? Dalam AlQuran dirakamkan kata-kata Kristus. ‘Inni Abdallah’ - aku hamba Allah dan ‘padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak mensalibnya’ * Apakah AlQuran mengesahkan Injil tuan atau membuktikan kepalsuannya?” * AlQuran 4:157“Bukankah Quran ada menyebut Jesus itu sebagai ‘Roh Kudus’ dan ‘Kalimat Tuhan’? Bukankah ini satu bukti bahwa dia mengatasi manusia?” Peter bertanya.“Benar. Kitab Suci AlQuran ada menyebut Nabi Isa sebagai ‘Kalimat Allah’ tetapi ia juga ada menyebut bahwa Kalimat Allah itu tidak terkira banyaknya dan jika semua lautan dijadikan dakwat dan semua pokok di dunia dijadikan pena masih saja tidak akan sanggup menceritakan semua Kalimat Allah kerana kalimatNya tidak terpermenai banyaknya. Jadi, Kristus juga salah satu dari Kalimat Allah. Mengenai Kristus menjadi ‘Roh Kudus’ maka hal ini juga tidak akan melebihkannya daripada manusia lain sebab kalimat yang sama pula digunakan untuk Adam. Di dalam AlQuran ada disebutkan ‘Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan Aku tiup padanya rohKu, maka tiaraplah kamu kepadanya dalam keadaan bersujud’. * Jadi, dengan kalimat yang sama maka Kristus juga serupa Adam. Jikalau Kristus menjadi ‘Tuhan’ maka Adam juga demikian dan semua anak-cucunya juga ‘Tuhan’.” * AlQuran 15:29Peter segera menyampuk, “Sekiranya Quran ada mengatakan Adam sebagai Roh Kudus maka itu adalah satu kesalahan kerana tidak ada ‘Roh Kudus’ yang lain selain daripada Kristus.”Umar Lahmi tersenyum geli mendengar sangkalan paderi tua itu. Dia lalu berkata dengan tenang.“Tuan fikir seluruh AlQuran itu salah tetapi tuanlah yang mendesak supaya ketuhanan Kristus dibenarkan oleh AlQuran. Jadi, saya telah membuktikannya bahwa dia bukan Tuhan. Andaikata dia boleh menjadi ‘Tuhan’ kerana ‘Roh Kudus’, maka Adam alaihissalam juga ‘Tuhan’. Tuan telah mengatakan AlQuran itu salah dalam soal ini jadi mengapa pula tuan membawa AlQuran ke mari?”Mendengar jawaban Umar Lahmi itu, Peter menjadi agak gugup. Dia seolah-olah tenggelam punca sejurus lamanya. Isabella yang diam mendengar dengan penuh minat tiba-tiba bersuara.“Tuan percaya akan ketuhanan Nabi Muhammad meskipun dia memprakarsai pertumpahan darah di dalam dunia ini dan menyuruh membunuh orang-orang yang ingkar akan agamanya.”“Barang dijauhkan Allah! Saya berlindung dengan nama Allah dari kepercayaan jahat serupa itu.” jawab Umar Lahmi. “Kami anggap Nabi Suci kami hanya sebagai manusia biasa, hanya dia itu Penghulu Segala Rasul dan Mahkota Segala Kebaikan. Inti daripada keimanan kami ialah lah ilaha illallahu, Muhammad-your Rasulullah ertinya tidak ada Tuhan yang patut disembah melainkan Allah dan Muhammad itu rasulNya. Sesiapa menganggap Muhammad sebagai Tuhan maka dia menjadi kafir dan terkeluar dari islam. Tentang Nabi memprakarsai pertumpahan darah di dunia , itu sama sekali tidak benar. Baginda memang ada melakukan peperangan terhadap kaum musyrikin yang bercita-cita mahu menghapuskan baginda dan agama yang dibawanya tetapi baginda tidak pernah mengganggu orang-orang yang tidak memusuhinya. AlQuran memerintahkan kami berperang melawan orang-orang yang memerangi kami.”Kemudian Umar Lahmi dan sahabat-sahabatnya dapat memahami mengapa Isabella memajukan pertanyaan serupa itu. Para paderi Kristian sejak lama dulu telah menyebarkan fitnah terhadap Islam sambil mempertalikan segala macam keburukan kepadanya. Para paderi inilah yang mencemarkan nama baik Islam dengan mengatakan bahwa orang-orang Muslim menganggap Rasulnya sebagai Tuhan.“Tuan telah berkata berulang-ulang kali bahwa Injil kami tidak tulen meskipun Injil telah disusun oleh murid-murid Kristus dengan bantuan Roh Kudus. Quran memuliakan mereka itu dan menganggapnya sebagai orang-orang beriman. Injil telah dianggap sah oleh penganut-penganut Kristian sedunia.” kata Michael cuba mengetengahkan hujah baru.“Persoalannya,” jawab Umar Lahmi dengan tenang, “ialah apakah benar Injil itu disusun oleh murid-murid Kristus yang khusus bertugas untuk tujuan itu ataupun oleh beberapa orang yang menggunakan nama murid-murid Kristus. Malah orang-orang Kristian sendiri ada yang tidak sependapat bahwa murid-murid Kristus yang menyusun Injil. Kemudian ada masalah lain pula, samaada murid-murid Kristus yang menyusun Injil ataupun oleh pesuruh-pesuruh lain, AlQuran tetap tidak mengakui Injil yang disusun itu. AlQuran hanya mengakui Injil yang disampaikan kepada Kristus langsung dari Allah, seperti yang termaktub di dalam ayat 27 surat Al-Hadid yang kira-kira maksudnya, ‘Kami berikan kepadanya Injil’ dan di dalam surat Maryam ayat 30 pula ada disebutkan begini “Putera Maryam berkata: “Sesungguhnya aku adalah seorang hamba Allah. Dia pasti akan memberikan kepadaku Kitab (Injil) dan Dia pasti akan jadikan aku seorang nabi.” Nah, tuan-tuan mengakui bahwa Injil itu disusun oleh murid-murid Kristus sedangkan AlQuran dengan tegas mengatakan bahwa Injil diwahyukan kepada Kristus.”Sebaik saja selesai Umar Lahmi berkata keadaan dalam gereja terganggu sebentar apabila bapa Isabella yang menjadi ketua paderi tiba-tiba muncul. Dia terus menempelak paderi-paderi itu.“Gelanggang gusti apakah yang telah kamu lakukan di sini? Kamu telah bercakap dengan orang-orang yang tidak beriman di dalam gereja yang suci ini dan perbuatan kamu itu telah mengganggu kepercayaan orang-orang Kristian. Orang-orang Kristian telah datang kepadaku mengadu tentang ketidakupayaan kamu berhujah dengan orang-orang ini. Sudah banyak orang-orang Kristian yang goncang imannya dan mereka mengatakan malah anakku, Isabella, juga sudah tidak terkendalikan lagi.”Dia memandang Isabella dengan mata yang tajam.“Kau, siapa yang menyuruh kau datang kemari? Apa ada hubunganmu dengan perbahasan ini? Kau telah mempelajari Quran secara sembunyi-sembunyi, ya. Aku tahu apa yang kau buat. Kau anak perempuan bodoh. Apa yang kamu semua lakukan ini ialah memutar-belitkan lidah dengan orang-orang kafir ini dan perbuatan kamu itu menimbulkan kegusaran kepada Tuhan Yesus. Jikalau aku dapati kamu semua mengulangi perbuatan ini lagi. Aku akan pecat kamu semua.”Tempelakan ketua paderi itu membuat paderi-paderi yang ada di dalam majlis tergamam dan terkejut. Kulit muka Isabella yang tadinya merah mendadak berubah menjadi pucat lesi. Sejurus lamanya tidak ada seorang pun di antara paderi-paderi yang berani membuka mulut memberi penerangan kepada ketua paderi. Tetapi ada seorang paderi muda, kurus tinggi dengan jambang yang jarang, yang duduk agak jauh di tepi sebelah kiri, memberanikan diri bangun bercakap.“Bapa yang suci. Apa yang telah bapa katakan itu benar sekali. Benar, tidak ada manfaat apa-apa kecuali kerugian kita berbincang dengan orang-orang yang tidak beriman ini. Tetapi wahai bapa yang suci! Apakah bapa ingin kita diperhina dan dipermalukan di seluruh Sepanyol ini? Apakah bapa mahu agama Kristian hapus dari bumi Sepanyol? Demi Tuhan Jesus, kalau kita tidak dapat mengganyang mereka ini, kita tidak akan dapat mengangkat kepala lagi di negeri ini. Saya juga dapat mengatakan bahwa tidak ada seorang pun di antara kita yang boleh menjawab bantahan-bantahan orang-orang Muslim ini. Andaikata bapa sudi menerima permohonan kami, saya dengan rendah hati mengatakan bahwa soalan-soalan yang dikemukakan oleh orang-orang Muslim ini tidak dapat kami jawab tanpa bantuan bapa yang dihormati. Di seluruh Sepanyol tidak ada abdi agama Kristian yang dapat menandingi yang mulia, yang boleh menyelesaikan tugas berat ini dan dengan jawaban yang pendek dan tepat dari yang mulia, maka mulut orang-orang yang tidak beriman ini dapat kita tutup untuk selama-lamanya. Andaikata yang mulia tidak tampil ke muka untuk menyelamatkan agama Kristian sekrangan ini maka bapa yang sangat mulia, akibatnya bagi kita dan agama Kristian adalah sangat membahayakan dan dakwahan kita dipermalu dan dihinakan. Bolehkah saya meletakkan harapan bahwa yang mulia bersedia untuk menjawab masalah yang ditimbulkan oleh orang-orang Muslim ini?”Bapa Isabella, ketua paderi, terdiam sebentar demi mendengar kata-kata paderi muda itu. Air mukanya kembali tenang, rasa marahnya pun menjadi berkurangan.Setelah difikirkan sejenak, dia lalu memandang Michael.“Kamu sendiri yang membuat perkara ini begitu penting dengan mengundang orang-orang Muslim kemari. Amat malang, kamu tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka walaupun pertanyaan-pertanyaan yang remeh-temeh serupa itu dan kamu menjadi bodoh sesudah mempelajari masalah-masalah teologi. Bolehkah orang-orang Muslim ini dibawa ke jalan yang benar sesudah mendapat jawaban yang memuaskan?”Michael segera menjawab, “Ya, mereka telah berjanji kalau mereka mendapat jawaban yang memuaskan, mereka akan keluar dari agama Islam dan masuk agama Kristian. Mereka telah membuat janji dengan bertulis.”Mendengar jawaban Micahel, ketua paderi lalu mengambil tempat duduk yang disediakan khas untuknya, diapit oleh Peter dan Michael. Dia terus memandang ke wajah Umar Lahmi dan berkata, “Nah, kemukakan pertanyaanmu!”“Jika tuan dapat mendengar dengan tenang maka saya akan kemuakan pertanyaan saya.” kata Umar Lahmi.“Sikap tuan terhadap orang-orang yang malang dan sikap tuan terhadap etika Kristian menunjukkan kemauan tuan bahwa saya seharusnya menolak bercakap dengan tuan. Tetapi kerana saya seorang yang mencari kebenaran, maka saya mahu mencari cahaya petunjuk melalui tuan dan saya ingin bercakap dengan tuan dengan syarat tuan mendengarnya dengan tenang apa yang akan saya ucapkan.”“Tuan jangan ambil hati di atas kata-kata saya yang kasar tadi.” ujar ketua paderi. “Dan sekiranya perbincangan ini menyinggung perasaan tuan, saya minta maaf bagi pihak semua yang hadir. Saya percaya tuan seorang yang mencintai kebenaran dan sudah tentu Tuhan Kristus kami akan menolong dan menunjuk jalan kepada tuan. Olehsebab itu, saya persilakan tuan datang ke rumah saya esok supaya semua keraguan dan salah pengertian tuan akan diselesaikan secara bijaksana.”Ketua paderi itu kemudian berpaling kepada para paderi yang duduk di kiri dan kanannya.“Tuan-tuan juga dijemput datang supaya tahu jawaban dari pertanyaan-pertanyaan orang-orang Muslim ini dan pada masa hadapan tuan-tuan boleh berurusan langsung dengan mereka.”Kemudian, paderi besar melihat wajah Umar Lahmi sekali lagi seraya berkata, “Saya persilakan tuan datang ke rumah saya pagi esok. Pintu rumah saya sentiasa terbuka untuk tuan.”
BAB 6 Pertemuan Ketiga
Isabella menjadi salah seorang peserta yang cukup besar minatnya di dalam perbincangan teologi itu. Selama perbincangan itu berlangsung, fikirannya menjadi penuh dengan perkara-perkara yang dibincangkan. Dia sudah tidak menghiraukan lagi segala aktiviti yang lain. Semua janji dibatalkannya, masalah-masalah sosial yang mengusutkan ditolak ke tepi. Setiap kali para paderi itu tidak dapat menjawab pertanyaan Umar Lahmi, Isabella membuat kesimpulan sendiri bahwa mereka memang tidak mempunyai jawaban dan kepercayaannya terhadap agama Kristian pun mulai goyah sedikit demi sedikit. Dalam ingatannya, terbayang dengan jelas peristiwa yang berlaku di rumahnya ketika bapanya berhadapan dengan Umar Lahmi. Umar Lahmi bersama dengan beberapa orang sahabatnya telah datang ke rumah ketua paderi sesuai dengan perjanjian mereka waktu pertemuan di gereja besar. Paderi-paderi yang lain dan beberapa orang kenamaan dalam kalangan penganut Kristian juga ikut diundang. Ketibaan Umar Lahmi dan sahabat-sahabatnya pada pagi itu telah disambut dengan penuh hormat. Mereka ditempatkan di sebuah bilik yang berasingan dan dijamu dengan minuman serta kuih-muih yang lazat citarasanya.Sebuah ruang telah disiapkan untuk perbincangan yang penting itu. Umar Lahmi dengan beberapa orang pengiringnya duduk berhadapan dengan empat puluh orang cendekiawan Kristian yang hebat-hebat. Isabella dengan teman-temannya serta beberapa orang wanita lain duduk di bilik sebelah.Setelah semua duduk dengan selesa, ketua paderi berkata kepada Umar Lahmi, “Saya sudah tahu akan pertanyaan yang tuan mahu kemukakan teapi saya tidak mahu berbicara secara terperinci dan memanjangkan perbincangan ini. Saya cuma akan bercakap sepatah dua saja yang boleh mencapai tujuannya dalam beberapa minit. Apa yang saya maksudkan ialah Islam dan Kristian akan diuji tentang ajaran-ajaran dasarnya dan agama yang dapat memperlihatkan ajaran-ajaran yang terbaik, itulah agama yang benar. Bukankah begitu?”“Saya tidak ada bantahan apa-apa dan saya bersedia untuk membincangkan tiap-tiap garis yang tuan pilih,” kata Umar Lahmi, “memang benar hanya melalui ajaran sajalah Kristian dan Islam itu dapat diketahui benar atau palsunya.”“Bagus, bagus!” ujar ketua paderi dengan suara gembira. “Sudah tentu pertolongan Roh Kudus berada di pihak tuan dan tuan segera akan dipimpin keluar dari lorong yang salah masuk ke lorong yang benar. Nah, sekarang tuan telah bersetuju dengan garis yang saya cadangkan, saya ingin menyatakan bahwa dalam tiap-tiap agama ada dasar-dasar prinsip dan perkara-perkara yang terperinci. Saya mahu meletakkan di hadapan tuan inti dasar agama Kristian yang tidak lebih dari sepatah perkataan dan sebagai balasannya tuan juga mesti memberikan inti dasar agama tuan dengan sepatah perkataan juga. Tuan bersetuju?”“Silakan! Saya bersetuju saja dengan cadangan tuan.” jawab Umar Lahmi.Ketua paderi itu berpaling kepada paderi-paderi lain dan berkata, “Cuba lihat! Beginilah caranya berbincang cuma dengan sepatah perkataan saja isu dapat diputuskan.” Kemudian dia menoleh semula kepada Umar Lahmi, “Nah, sekarang dengar baik-baik. Inti dasar agama Kristian ialah kasih. Dengan sepatah perkataan ini saja agama Kristian telah disingkatkan. Sekarang giliran tuan pula memberikan inti dasar agama Islam dengan sepatah perkataan juga.”“Saya merasa bangga untuk menyatakan bahwa Islam telah meringkaskan inti dasar ajarannya dengan satu perkataan saja yang meliputi semua dasar prinsip dan perkara-perkara yang terperinci. Akar prinsip Islam dan ajarannya ialah Tauhid.” kata Umar Lahmi.“Kalau inti dasar Islam itu tauhid maka kasih tidak termasuk ke dalamnya. Selain daripada itu, kami juga mengatakan tauhid* sebagai inti agama kami.” ujar ketua paderi itu. * dalam terjemahan ‘Tauhid’ disebut ‘unity’. Erti tauhid ialah kesaksian akan keesaan Allah.“Kalau tauhid menjadi inti dasar agama tuan, tuan harus mengetengahkannya. Kenapa pula tuan katakan kasih sebagai dasar agama tuan? Dan amat salah mengatakan dengan menerima tauhid sebagai inti dasar agama kasih terkeluar daripadanya. Sebaliknya menurut kenyataan bahwa kasih itu datang dari tauhid. Kalau tauhid tidak diambil dengan segala aspeknya maka kasih menjadi perkataan yang tidak bermakna. Untuk menerima kasih sebagai inti dasar agama bererti penolakan total terhadap tauhid atau menidakkannya sebagai inti dasar agama.” jawab Umar Lahmi.Ketua paderi itu menyambut jawaban Umar Lahmi itu dengan mengatakan, “Pokoknya ialah tauhid itu datang dari kasih dan bukan kasih dari tauhid.”“Itu suatu logika yang salah. Kalau tauhid datang dari kasih maka kasih menjadi perkataan yang tidak bermakna. Kerana tanpa tauhid, yakni kesaksian akan keesaan. Allah akan menidakkan kasih akan Allah yang sebenarnya kerana kasihkan Allah bergantung kepada ilmu tentang ketuhanan, dan ketauhidan merupakan pengakuan yang hakiki akan Allah. Dengan hanya kasih saja belum lagi menjadi bukti kasihkan Allah.”Umar Lahmi menghujah kata-kata paderi tua itu.“Tuan telah memulakan perbincangan panjang. Apa yang saya maksudkan ialah kasih tidak ada tempat dalam Islam.” ujar ketua paderi itu.“Kalau kasih tidak ada tempat di dalam Islam,” sahut Umar Lahmi dengan cepat, “maka bererti bahwa kasih tidak wujud sama sekali di dalam dunia ini. Walau bagaimanapun benarnya kata-kata tuan itu tetapi tidak ada sedikit juga kesan-kesan kasih dalam agama Kristian. Kasih cuma permainan bibir. Tidak ada ukuran dan tidak ada bukti.”Ketua paderi itu mula meradang. Air mukanya berubah.“Begini! Sudah menjadi cogankata yang terkenal di dalam kitab kami bahwa Tuhan ialah kasih. Bukankah ini bukti tentang kasih itu?”“Cuma pengakuan mulut saja,” kata Umar Lahmi, “kecuali ada ukuran kasih itu. Teori kasih yang dikatakan itu tidak dapat diterima.”“Kini tuan membuat definisi tentang kasih pula. Bukankah dalam kitab kami ada disebutkan Tuhan bapa? Bukankah bapa itu mengasihi anak-anaknya?”Umar Lahmi juga sudah mula gusar. Lalu dijawabnya, “Pokoknya, hanya dengan berulang-ulang menyebut perkataan kasih saja kita tidak akan sampai ke mana-mana kecuali semua syaratnya dipenuhi. Jikalau seseorang itu mengasihi seseorang lain maka dia harus membuktikan dengan pengorbanan diri dan hartabendanya dan barulah dapat dikatakan kasih yang sejati. Oleh sebab itulah Islam telah menentukan ketaatan dan amalan sebagai kriteria kasih yang dengan lain perkataan disebut pengorbanan diri dan hartabenda. Dalam AlQuran Allah berfirman kepada Nabi Muhammad “Katakanlah jika kamu mencintai Allah, maka ikutilah akan daku agar kamu dikasihi oleh Allah dan diampuni dosa-dosamu; dan Allah Maha Pengampun lagi sentiasa mencurahkan rahmatNya. Katakanlah! Taatlah akan Allah dan RasulNya. Jika mereka tetap berpaling maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang kafir*. Ayat ini telah memberikan ketentuan tentang ukuran kasih yang membezakan antara kasih sejati dengan kasih palsu. Tetapi di dalam agama tuan tidak ada kriteria kasih ini. Sesiapa saja yang munafik boleh bangun berdiri dan berkata dia kasihkan Allah.”* AlQuran, surat Al-Imran : 32-32“Tuan mulai lagi perbahasan yang panjang. Saya mahu segala sesuatu itu meliputi banyak hal supaya keputusan dapat dicapai segera. Bagaimanapun, jikalau Quran tuan juga ada menyebut Tuhan bapa maka mana satu tingkat kasih yang paling tinggi?” ketua paderi bertanya.“Kalau AlQuran menggunakan perkataan bapa untuk Tuhan maka itulah bukti yang paling besar akan ketidaksempurnaannya. Islam tidak pernah menggunakan perkataan yang mengelirukan ini untuk Tuhan tetapi sebaliknya ia ada menggunakan perkataan-perkataan yang lebih agung ertinya dibandingkan dengan perkataan bapa.” jawab Umar Lahmi.“Mulut tuan terlalu lancang mengatakan perkataan bapa itu mengelirukan.”Nada suara ketua paderi agak meninggi kerana dipengaruhi oleh perasaan marah.“Cuba beritahu saya cepat apa perkataan yang digunakan oleh orang Islam sebagai ganti yang lebih baik daripada perkataan bapa?”Melihat kemarahan ketua paderi itu, Umar Lahmi dengan tenang berkata, “Tidak ada sebab untuk naik darah. Saya mengatakan perkataan bapa itu mengelirukan kerana ia menjadi dasar tugas sekutu Allah. Tuan juga percaya kepada ketuhanan Kristus. Tentang perkataan yang lebih baik sebagai ganti perkataan bapa kami orang Muslim menggunakan perkataan Rab yang secara tidak langsung menyatakan ia zat yang memelihara kita dari awal sampai akhir dan pemeliharaanNya tidak pernah terhenti. Jadi dengan menggunakan perkataan Rab, Islam telah mengajarkan bahwa pemeliharaan kasih Allah terus menerus ada. Tetapi konsep bapa membawa makna bahwa bapa itu akan mengasuh anaknya sampai kepada satu waktu yang tertentu saja setelah itu dia tidak ambil peduli lagi. Selain daripada itu seorang bapa hanya dapat memelihara anak-anaknya dalam perkara-perkara opsional saja tidak dalam perkara-perkara di luar dari keupayaannya. Sebagai contoh kalau anak itu jatuh sakit, bapa tidak dapat menyembuhkan penyakit itu sementara orang di dalam pemeliharaan Allah adalah sebaliknya kerana Dia mempunyai kuasa atas segala sesuatu dan Maha Berkuasa. PemeliharaanNya kekal abadi. Ini membuktikan bahwa perkataan pemeliharaan adalah lebih sesuai dengan martabat Allah daripada perkataan bapa. Lagi pula perkataan pemeliharaan menunjukkan ‘Keesaan Allah’ sementara perkataan bapa pula menjadi punca menugaskan seorang sebagai sekutu kepada Allah di dalam dunia.”Ketua paderi itu kelihatan gelisah mendengar hujah Umar Lahmi tetapi dia cuba juga untuk menjawabnya dengan berkata, “Pengaruh pemeliharaan yang tuan katakan itu tidak dapat dibuktikan di dunia ini. Tuan tidak boleh menutup mata terhadap kasih bapa. Jadi, bagaimana orang dapat menerima perkataan yang tidak ada erti dan tidak ada bukti di dunia ini. Tuan tidak boleh menolak pengaruh kasih bapa.”“Malang sekali kepercayaan tuan kepada penebusan dosa telah menutupi pemandangan tuan, kalau tidak tentulah tuan tidak akan berkata serupa itu.” kata Umar Lahmi.“Tiap-tiap hari kita melihat anak kecil dipelihara dalam rahim ibunya. Kanak-kanak, orang remaja, orang dewasa terus menerus dipelihara. Pemerliharaan itu berterusan dari awal sampai akhir. Bukankah itu pekerjaan Rab yang kita saksikan setiap hari?”“Kitab Suci Injil mengatakan bahwa Tuhan mempunyai kasih yang sedemikian rupa terhadap manusia di dunia ini sehingga Dia mengorbankan putera satu-satunya untuk menyelamatkan manusia. Apakah lagi bukti yang lebih baik tentang kasih bapa yang telah mengorbankan anak yang dikasihinya kerana kasih?” kata ketua paderi.“Keterangan dari Injil itu sendiri telah membantah dakwaan tuan. Tuan maksudkan bahwa bapa itulah yang mengorbankan anaknya yang suci bersih demi manusia yang kotor dan penuh dosa,” kata Umar Lahmi, “itulah pernyataan kasih bapa yang ditunjukkan dengan membunuh anaknya yang tidak bersalah? Tetapi Rab tetap berlaku adil kepada sesiapa saja. Sebaliknya Dia menghukum orang yang zalim. AlQuran dalam surat Al-An’am ayat 164 mengatakan ‘Dan tiada seseorang yang berdosa memikul dosa orang lain’. Tetapi bapa tuan membunuh anak sendiri. Jikalau menyalib dan membunuh anak sendiri yang tidak berslaah dan tidak berdosa dikatakan kasih, maka kita tidak akan menyebutnya lagi sebagai kasih.”Ketua paderi berpaling kepada paderi-paderi lain sambil berkata, “Saya fikir orang ini cenderung kepada Jesus Kristus tetapi rupanya dia seorang pemungkar yang gigih. Semua yang telah saya katakan ialah perkara-perkara tinggi tetapi bagaimana orang-orang ini dapat memahaminya?”Kemudian dia memandang Umar Lahmi, “Hati tuan sudah tertutup. Kristus tidak bersedia menerima tuan. Sekarang baiklah tuan pergi jauh dari sini. saya tidak mahu lagi berurusan dengan tuan. Tuan kemari hanya menggusarkan saya saja.”Kemudian dia berkata kepada paderi-paderi yang lain. “Kalian juga jangan lagi berurusan dengan orang-orang ini. Kalian sudah melihat betapa mereka sangat keras kepala. Tidak dapat menyetujui apa pun juga.”“Tapi tuan …” Umar Lahmi mahu membantah.“Tutup mulut tuan.” Ketua paderi membentak. “Saya sudah tahu akan tujuan tuan datang ke mari dan tentang apa yang tuan mahu berbincang dengan kami.”Sambil mengucapkan kata-kata itu, ketua paderi memperlihatkan tatakrama Kristian. Dia terus bangun dan meninggalkan tamu-tamunya lalu naik ke bilik di tingkat atas. Melihat keangkuhan ketua paderi itu, Umar Lahmi dan sahabat-sahabatnya lalu bangun dan dengan suara kuat berkata, “Nasrum-min-a-Allahi wa fat-hunqarib*”* pertolongan dari Allah dan kemenangan yang sudah dekat - surat Ash-Shaf :13Mereka semua lalu keluar meninggalkan rumah ketua paderi sambil terus mengucapkan kata-kata itu berulang-ulang disaksikan oleh paderi-paderi dan hadirin yang lain yang masih belum hilang perasaan terkejut kerana sikap ketua suci mereka yang tiba-tiba saja meninggalkan perbincangan itu. Umar Lahmi dan sahabat-sahabatnya lalu berpisah, menuju ke rumah masing-masing.Pada petang itu, Isabella bertemu semula dengan sahabat-sahabatnya di taman yang selalu mereka kunjungi. Mereka tidak duduk di tempat biasa, khuatir bertemu dengan Umar Lahmi dan sahabat-sahabatnya. Mereka berasa malu dengan sikap bapa Isabella yang sangat-sangat mereka hormati. Dalam pertemuan itu mereka bercakap tentang perbahasan yang telah berlaku pada pagi itu. Berbagai-bagai macam komen, pro dan kontra mereka keluarkan. Isabella lebih banyak mendengar. Perasaan dan fikirannya sarat dengan berbagai-bagai macam persoalan. Kepercayaannya kepada agama Kristian mulai mendapat godaan. Daripada hujah-hujah yang dikemukakan oleh Umar Lahmi, dia dapat melihat walaupun belum begitu yakin bahwa agama Kristian hampir menyerupai satu kepura-puraan yang tidak mempunyai dasar atau prinsip.Waktu perbincangan awal dulu, Isabella berpendapat Peter dan Michael serta paderi-paderi yang lain itu tidak begitu dalam ilmunya sehingga mereka tidak dapat mematahkan hujah-hujah Umar Lahmi. Pada masa itu dia yakin dengan sepenuh hati akan bapanya, ketua paderi, dapat dengan mudah mengalahkan orang-orang Muslim itu kerana bapanya terkenal sebagai seorang yang alim dalam selok-belok agama Kristian. Kalau orang-orang seperti Michael dan Peter tidak dapat menundukkan Umar Lahmi, bapanya sudah tentu dalam waktu yang singkat dapat menutup mulutnya. Tetapi setelah mendengar perbincangan pada pagi itu maka dia sungguh amat kecewa terhadap bapanya. Kekecewaannya itu menjadi makin pedih apabila bapanya mengusir orang-orang Muslim itu pulang dan dengan angkuh meninggalkan majlis dan para tamu. Daripada kejadian itu terfikir olehnya bahwa dasar agama Kristian tidak lebih daripada semacam sarang labah-labah.Sahabat-sahabat Isabella merasa gundah dengan sikapnya yang tidak banyak bercakap dan ketawa seperti biasa. Dia lebih banyak tenggelam dalam fikirannya sendiri tetapi mereka tidak berani bertanya. Mereka membiarkan dia terus dalam keadaan begitu dengan sangkaan akan berubah apabila peristiwa pagi itu dapat dilupakan.Sedikit demi sedikit, Isabella mulai renggang daripada sahabat-sahabatnya. Dia kini lebih banyak menyendiri dan menumpukan perhatiannya kepada mempelajari isi Kitab Inji dan AlQuran. Dia membuat perbandingan untuk mencari yang mana satu di antara kedua agama itu mempunyai unsur-unsur kebenaran yang banyak dan yang mana pula berisi dengan khurafat. Dia mengukur perbandingan itu dengan menumpukan fikirannya kepada masalah-masalah tauhid, kerasulan, Kitab Suci AlQuran, salam, penebusan dosa, pengantaraan, erti dosa, tindakan manusia dan akibatnya.Sudah sebulan masa berlalu dari tarikh pertemuan antara bapa Isabella dengan Umar Lahmi. Dalam masa itu Isabella secara bersembunyi telah beberapa kali menemui Umar Lahmi untuk mendapat penerangan yang lebih lanjut tentang masalah-masalah yang dihadapinya ketika membuat kajian perbandingan antara Islam dan Kristian. Isabella sudah mulai menundukkan kepalanya kepada Islam dan dia bukan lagi penganut Kristian yang taat. Tetapi untuk menukar agama merupakan satu masalah besar baginya. Fikirannya terganggu apabila datang keinginan untuk meninggalkan agama yang telah dianutinya sejak dia lahir ke dunia ini. Betapa besar cubaan dan godaan yang harus dihadapinya jika dia menyeberang ke agama Islam. Bapa, ibu, saudara-saudara perempuan dan kaum kerabat terpaksa ditinggalkannya dan betapa pula keadaan hidupnya di hari depan. Pada masa itu terlintas fikiran lain di kepalanya, cubaan dan godaan harus dihadapi di dalam mencapai jalan kebenaran dan setelah mengenali kebenaran, tentulah dia akan hina di hadapan Allah kalau dia tidak berterus-terang mengakuiNya.
BAB 7 Cendekiawan Islam
Kisah ini berlaku ketika pemerintah Islam di Sepanyol mulai membina masjid dan sekolah di seluruh negeri. Para cendekiawan dan ahli hukum Islam yang termuka telah datang ke negeri itu dari berbagai-bagai tempat. Di ibu negeri, Cordova, sistem pendidikan dan amalan telah pun diperkenalkan kepada penduduk. Ziad bin Umar merupakan salah seorang ahli falsafah, pentafsir Hadis dan Al-Quran yang ulung. Kealimannya tidak ada bandingan dan kerana ketulusan hatinya, kesucian serta kesahihannya maka dia dihormati dan dimuliakan di seluruh Sepanyol. Pada waktu siang, dia menghabiskan masa di universiti dengan mengajar dan pada waktu malam dia menghadiri perhimpunan para cendekiawan dan pegawai-pegawai kerajaan. Tempat kediamannya terletak tidak berapa jauh dari kampus Universiti Cordova. Biasanya sesudah selesai solat isyak, orang-orang yang hauskan ilmu agama akan berkumpul di rumahnya. Pada suatu hari ketika satu pertemuak waktu petang sedang berlangsung di rumahnya, yang dihadiri oleh para cendekiawan dan ilmuwan yang terkenal, Ziad bin Umar turun dari tempat ibadatnya. Semua yang hadir berdiri penuh hormat. Setelah duduk, Ziad pun bertanya akan keadaan kesihatan masing-masing dan kemudian dia berkata kepada Umar Lahmi.“Mudah-mudahan Allah memberikan taufik dan hidayatNya kepada usaha-usaha anda yang mulia. Anda telah berdakwah seruan kebenaran sampai ke dalam rumah orang-orang kafir dan menundukkan pula mereka. Anda telah menyampaikan seruan Allah.”Umar Lahmi dengan rendah hati menjawab, “Semuanya itu adalah berkat dari doa dan perhatian anda juga. Kalau tidak saya ini hanyalah seorang Islam yang lemah tidak berdaya dan berkat doa anda pula maka Isabella telah menerima agama Islam di dalam hatinya. Oleh sebab itu dia ingin sekali bertemu dengan anda, maka dia telah ada di sini sekarang.”“Isabella ada di sini?” tanya Ziad dengan nada gembira.“Ya. Dia ditempatkan di bilik sebelah dan kalau diizinkan, dia akan dibawa menghadap.” jawab Umar Lahmi.“Sudah tentu. Kalau dia datang mahu menemui saya, benarkan dia masuk.”Asad, salah seorang yang hadir di pertemuan itu mencelah, “Demi Allah, tuan. Ini sungguh-sungguh suatu peristiwa penting. Sekarang ini terjadi kehebohan besar di kalangan orang-orang Kristian di Cordova. Tetapi apakah Isabella seorang saja yang tertarik kepada Islam ataupun ada orang lain lagi bersama-sama dengannya?”Umar Lahmi memandang Asad. “Tentang hal itu, anda akan dapat mendengar sendiri daripadanya.”Satu suara lain terdengar di antara para hadirin. “Saya dengar orang-orang Kristian mahu membunuh Isabella.”“Sebegitu jauh Isabella telah mengambil langkah-langkah melindungi dirinya. Dia merahsiakan keislamannya sehingga belum ada yang mengetahui bahwa dia sudah memeluk agama Islam ataupun bermaksud akan melakukannya. Jadi, berita angin tentang orang mahu membunuhnya itu agak terlalu awal.” jawab Umar Lahmi.“Sekarang bawa Isabella ke mari.” kata Ziad setelah mendengar percakapan Umar Lahmi dengan hadirin itu. “Kita akan mendengar cerita yang menarik dari mulutnya sendiri.”Isabella dijemput masuk ke majlis. Waktu melihat Ziad bin Umar duduk di tempat khas dikelilingi oleh para hadirin, Isabella dengan takzim menundukkan kepalanya memberi hormat lalu mengambil tempat di suatu sudut. Semua yang hadir mengucapkan selamat kepadanya dan memuji-muji keberanian dan ketegasannya membuat keputusan.“Anakku, Isabella.” ujar Ziad. “Saya bersyukur dan mengucapkan tahniah di atas pilihanmu kepada jalan kebenaran. Bahwa Allah telah mengeluarkan kamu daripada kegelapan dan telah menganugerahkan kepadamu nikmat Islam. Melepaskan kamu daripada cengkaman trinitas yang membingungkan. Allah telah membawa kamu ke jalan yang benar. Bagi mereka yang sudah kukuh kepercayaannya kepada Islam tidak akan takut dan gentar dengan segala macam kesukaran dunia ini biar betapa pun besarnya kerana Allah akan memimpinnya mengatasi semua kesukaran itu.”“Bapa yang mulia ….” Isabella mahu berkata.Tetapi Ziad mengangkat tangannya, menyuruh dia bersabar.“Anakku,” kata Ziad, “panggilan serupa itu jangan kau gunakan lagi. Di dalam Islam, tidak ada kepausan seperti yang dilakukan oleh penganut-penganut agama Kristian terhadap paderi-paderinya. Dalam Islam ada persamaan hak yang sempurna. Tugas suci orang-orang alim ialah membimbing orang-orang Islam menurut Al-Quran dan Hadis Nabi SAW. Menjadi tugas tiap-tiap Muslim untuk mengikut bimbingan itu dan bukan mendewa-dewakan mereka ataupun menjadikan mereka itu berkuasa di atas semua urusan kehidupannya.”Isabella merasa malu. Cahaya kemerahan naik ke pipinya.“Ajarlah saya bagaimana caranya mahu memanggil tuan dan pemimpin-pemimpin Islam yang lain.”“Panggillah saya dan orang-orang Islam lainnya dengan panggilan saudara atau kalau mahu ditambah, tambahlah dengan perkataan tuan.” kata Ziad.“Baiklah tuan. Saya akan mematuhi kata-kata tuan.” ujar Isabella. Setelah diam sejenak, dia lalu menyambung, “Tuan. Dengan petunjuk dan pertolongan Tuhan maka Dia telah menunjukkan kepada hamba yang hina ini jalan kebenaran dan keadilan dan membawa saya keluar dari jalan trinitas dan penyembahan salib. Yang menjadi pembuka jalan kepada saya ialah dari bimbingan guru rohaniah yang dermawan, Umar Lahmi, yang telah mendakwah kepada paderi-paderi Cordova sampai ke dalam rumah mereka sendiri. Melalui beliaulah, seruan kepada kebenaran ini sampai ke telinga saya. Saya dengan tulus ikhlas berdoa kepada Tuhan, mudah-mudahan kepadanya dianugerahkan segala kebajikan di dunia ini dan juga di akhirat. dan dengan doa tuan pula hidup dan mati saya di dalam Islam.”“Amin!” semua hadirin serentak mengucapkannya.“Anakku,” kata Ziad, “Allah menghendaki khidmat yang amat besar daripadamu. Sudah pasti seluruh orang Islam akan mendapat faedah yang besar melalui khidmat itu. Tetapi, apakah ada wanita-wanita lain yang telah ikut kau Islamkan?”“Ya tuan. Empat sahabat saya yang sudah hilang kepercayaannya kepada agama Kristian sudah tertarik kepada Islam.” ujar Isabella. “Dengan izin Tuhan, esok atau lusa saya akan bawa mereka kemari supaya mereka mendapat doa dari tuan dan pembersihan segala sisa syak wasangka tentang Islam kalau masih ada di dalam diri mereka.”“Saudara Isabella,” Umar Lahmi menyampuk, “siapakah gerangan sahabat-sahabatmu itu? Demi Allah, kami belum lagi kenal dengan mereka dan kau pun tidak pernah memberitahu kami sebelumnya.”“Salah seorang daripadanya ialah anak guru teologi saya, Michael dan ada tiga orang lain lagi. Semua mereka ikut mendengar perbahasan tuan.” ujar Isabella.“Apakah benar-benar mereka itu sudah Islam dan kesemuanya telah melihat akan kelemahan agama Kristian? Apakah mereka telah pasti dengan kebenaran Islam? Ataupun mereka belum begitu berani untuk melepaskan agama nenek moyangnya dan berterus-terang memeluk Islam?” kata Umar Lahmi dengan agak ghairah.Ziad tersenyum mendengar kata-kata Umar lalu dia menjawab dengan kata-kata yang bijaksana.“Insya-Allah, Allah akan memberikan kepada mereka keberanian yang anda inginkan itu. Mari kita semua berdoa untuk mereka.”“Bawalah juga anak perempuan Michael pada suatu hari nanti supaya kita dapat menghilangkan keraguannya.” kata Umar Lahmi kemudian.“Esok atau lusa saya akan membawanya ke mari.” ujar Isabella. “Jikalau keempat-empat mereka itu tidak dapat datang sekaligus sudah pasti seorang daripadanya, anak Michael akan saya bawa.”“Anakku,” kata Ziad kepada Isabella, “dengar baik-baik kataku ini. Kamu menerima Islam ialah sesudah membersihkan semua keraguan yang ada di dalam dirimu. Jangan sekali-kali kerana kecurangan atau muslihat. Allah menghendaki keikhlasan hati dan Al-Quran menyebut bahwa hidup dan mati seorang Islam, solat dan baktinya, duduk dan berdiri, tidur dan berjalan, tiap-tiap sesuatunya adalah kerana Allah semata-mata dan kerelaan Allah hendaklah menjadi tujuan hidupnya.”“Saya mengaku bahwa Allah menjadi saksi, tuan. Saya menjejaki ambang Islam ini bukan kerana nafsu dan muslihat juga bukan kerana tujuan inginkan kekayaan dan kekuasaan. Tuan sendiri tahu tentang kehormatan yang diberikan kepada bapa saya di Cordova ini dan juga di seluruh Sepanyol.” kata Isabella.“Allah akan melimpahkan rahmatNya kepadamu dan memberikan keteguhan serta nikmatNya yang tidak terhingga.” ujar Ziad.Umar Lahmi menyampuk, “Hanya agama Islam saja, dengan menerimanya, Allah akan melimpahkan rahmatNya yang banyak ke atas pemeluknya dan semua dosa diampunkan.”Mendengar kata-kata Umar Lahmi menyebabkan Isabella tersenyum. Dia teringat pada pengampunan dosa yang dilakukan oleh para paderi.“Semua dosa saya sudah diampunkan setiap minggu oleh paderi Cordova, yang bertanggungjawab terhadap jabatan penyiasatan.”Menundukkan kepalanya lalu menyambung, “Saya sekarang sudah bebas dari dosa dan suci bersih.”“Apakah maknanya jabatan penyiasatan itu dan apa maksudnya paderi memberi pengampunan dosa? Bolehkah manusia mengampunkan dosa?” tanya Ziad.Mendengar pertanyaan itu, Isabella merasa malu sejurus.“Tuan, cerita ini amat menarik, boleh jadi agak aneh pada pendengaran tuah kerana tuan tidak begitu mengetahui perkara-perkara yang terjadi di dalam agama Kristian.”Ziad menjadi tertarik dengan kata-kata Isabella.“Sudilah anakku menceritakan hal ini kepada kami. Perkara-perkara yang menarik serupa itu tentu amat baik menjadi pengetahuan kami dan apatah pula tidak ada orang yang lebih tepat untuk menceritakannya selain daripada anakku.”“Tuan yang mulia. Penganut agama Kristian mempunyai suatu adat iaitu tiap-tiap orang duduk di depan ‘altar’ Kristus menghadap ketua paderi pada tiap-tiap minggu dan mengakui dosanya yang akan diampuni oleh ketua paderi menurut kepercayaan agama Kristian. Ketua paderi mempunyai kekuasaan untuk melakukannya kerana dia dianggap sebagai wakil satu. Petrus.” kata Isabella.“lah haula wala quwwata illa billa.” kata Ziad. “Bolehkah manusia mengampunkan dosa selain daripada Allah. Inilah sebabnya mengapa Al-Quran menuduh Kristian menjadikan paderi dan anggota tertua gereja mereka sebagai ‘Rab’ selain Allah. Apakah ada hak paderi-paderi itu mengampunkan dosa?” suaranya mengandungi kehairanan.“Ya,” jawab Isabella, “asalkan yang berdosa itu mengakui dosanya yang terang dan yang tersembunyi di depan paderi. Kalau dia masih menyembunyikan juga maka dosanya tidak dapat diampunkan.”Umar Lahmi mencelah, “Jadi untuk mendapat pengampunan dosa segala macam perbuatan kotor mestilah didedahkan? Bagaimana cara kita mahu mendapatkan pengampunan itu?”Isabella menundukkan mukanya. “Tiap-tiap orang hendaklah pergi ke gereja besar menurut waktu yang telah dijanjikan. Kalau di sini perjanjian itu dibuat dengan Michael atau Peter dan kemudian …”“Wanita-wanita juga ikut hadir?” tanya Umar Lahmi lagi.“Ya, tiap-tiap gadis dan pemuda yang dewasa hadir di situ. Paderi akan bertanya tentang dosa yang telah mereka lakukan pada minggu berikutnya. Setelah dosa-dosa itu didedahkan dan pengakuan dibuat, paderi lalu meletakkan tangannya di atas kepala yang berdosa dan berkata, “Kini kamu boleh pergi. Dengan restu Jesus Kristus semua dosamu telah diampunkan.”“Apakah paderi itu bertanya kepada seseorang itu secara bersembunyi ataupun di depan orangramai secara terbuka?” tanya Umar Lahmi dengan penuh minat.Isabella dengan cepat menjawab. “Tidaklah begitu memalukan kalau tiap-tiap orang disuruh mengaku secara sulit. Tetapi yang berlaku ialah diminta mengaku di depan semua yang hadir. Sijil pengampunan juga dikeluarkan.”“Astagfirullah! Walaupun di depan pemuda-pemudi yang belum kahwin?” tanya Umar Lahmi,“Ya.” ujar Isabella sambil menundukkan mukanya dengan rasa malu. “Malah pemuda dan pemudi yang belum kahwin terpaksa mengakui dosanya di depan umum dan dapat didengar oleh semua orang.”“Astagfirullah.” Umar Lahmi beristigfar panjang. “Dalam membuat pengakuan dosa mereka serupa itu banyak perkara yang memalukan akan terdedah. Andaikata seseorang itu telah mencuri, dia terpaksa mengaku di depan …”“Bukan saja mencuri,” ujar Isabella “perbuatan yang paling hina dan keji pun terpaksa diakui di depan umum. Kalau dia tidak mengaku atau menyembunyikan sesuatu maka pengampunan tidak diberikan dan yang berdosa itu akan masuk neraka.”“Tentulah amat buruk kesannya kepada moral pemuda-pemudi yang belum kahwin?” kata Umar Lahmi.“Sudah tentu. Tetapi di kalangan penganut Roman Katolik, dosa itu tidak begitu penting dibandingkan dengan usaha mendapatkan pengampunan dosa yang terlalu mudah. Orang-orang dengan senang boleh melakukan dosa.” kata Isabella.Salah seorang yang hadir mencelah, “Dosa orang biasa juga diampunkan oleh paderi sendiri?”Setelah sekian lama berdiam diri kerana mendengar soal jawab Umar Lahmi dan Isabella, Ziad sambil tersenyum berkata perlahan seolah-olah kepada dirinya sendiri.“Barangkali paderi-paderi itu tidak ada melakukan dosa.” Sesudah berkata serupa itu, dia lalu meminta diri naik ke atas untuk menunaikan solat dan berwirid.Isabella menundukkan kepalanya cuba menyembunyikan perasaan malu.“Tuan tidak dapat membayangkan betapa pemimpin-pemimpin agama kami melakukan dosa. Lebih-lebih lagi para rahib yang kebanyakan hidup penuh bergelimang dosa.”“Apa?” Umar Lahmi terperanjat mendengar kata-kata Isabella.“Apakah kehidupan pemimpin-pemimpin agama itu lebih buruk daripada orang-orang biasa? Apa yang saudara katakan ini? Jangan kerana saudara menjadi Islam, saudara membuat tuduhan palsu terhadap orang lain. Menurut Al-Quran, hukuman terhadap tuduhan palsu amat berat.”“Memang benar. Tuan boleh berkata serupa itu kerana tuan tidak tahu terutama tentang catatan hitam kehidupan para rahib dan kerana tuan tidak dapat membayangkan perbuatan-perbuatan keji mereka, tuan tidak bersalah kalau menuduh saya berbohong ataupun tidak percaya dengan keterangan saya.” kata Isabella.“Benarkah ini satu kenyataan?” ujar Umar Lahmi lagi dengan suara rendah, seolah-olah merasa menyesal dengan ucapannya tadi. “Kalau begitu cubalah ceritakan kepada kami secara terperinci.”Semua yang hadir ikut mendesak Isabella memberikan sedikit penerangan tentang cara-cara amalan yang dilakukan oleh penganut-penganut agama Kristian supaya mereka mendapat sedikit idea untuk membandingkannya dengan agama Islam.“Saudara-saudara tentu tahu,” kata Isabella setelah diam sejurus mempertimbangkan permintaan hadirin itu, “bahwa mengabaikan dunia dan pengorbanan diri oleh para rahib sangatlah dituntut di dalam agama Kristian. Oleh sebab itu, kebanyakan daripada paderi terdiri daripada rahib-rahib atau orang yang telah membuang dunia. Untuk mencapai keselamatan, mereka mesti menderita kesusahan dan menyeksa dirinya. Dengan cara yang serupa bila kaum wanita menjadi rahib perempuan yakni mereka mengikuti jejak Maryam dan hidup tanpa kahwin. Tetapi dalam wakut yang sama rahib lelaki dan rahib perempuan tidak dapat mempertahankan kesuciannya. Rahib dan pemimpin-pemimpin agama juga berlaku curang dan rahib perempuan seringkali hilang kesuciannya. Kerana ada sistem pengakuan dosa, para rahib itu mendapat satu kesempatan baik untuk memuaskan nafsu bejatnya. Rahib perempuanlah yang kebanyakannya terlibat di dalam kebejatan moral itu. Sementara rahib lelaki ada yang tidak memilih bulu sampai-sampai kepada ibu dan saudara perempuannya jua.” Isabella mengucapkan kata-kata yang terakhir itu dengan penuh rasa malu dan tanpa disedari peluh menyucur keluar dari dahinya.Semua yang hadir serentak mengucapkan “Astagfirullah! Astagfirullah!”Setelah diam sejurus lamanya, Umar Lahmi lalu berkata “Keadaan yang serupa ini berlaku kerana agama Kristian memuliakan kehidupan tanpa kahwin dan sistem pembujangan yang bertentangan dengan tabii manusia dan undang-undang Tuhan. Suatu hujah yang kuat tentang kepalsuan agama Kristian ialah ia memaksakan undang-undang serupa ini ke atas manusia yang berlawanan dengan sifat semulajadi dan sudah pasti manusia tidak dapat mematuhinya. Kerana itu, Nabi kita menyatakan: ‘Tidak ada pembujangan di dalam Islam’ yakni tidak ada pembujangan atau membuang dunia di dalam Islam. Nabi juga bersabda “Nikah itu adalah sunnahku maka sesiapa yang tidak suka beramal dengan sunnahku maka tidaklah dia daripada golonganku”. Kitab Suci Al-Quran* juga ada menyebut ‘Kemudian mereka mengadakan rabbaniyah* yang kami tidak memfardhukan ke atas mereka’. Mereka orang-orang Kristian tidak dapat mengawal pembujangan. Betapa mereka dapat mengawali sesuatu yang tidak wajar dan bertentangan dengan undang-undang tabii.”* AlQuran S57:27 * terlalu menekunkan diri dalam beribadat, menjauhkan diri dari masyarakat dan tidak mahu beristeri.“Apakah Islam melarang pembujangan dan membuang dunia?” tanya Isabella.“Sudah tentu. Apa yang saudara dengar tadi ialah hukum di dalam Al-Quran dan dari Hadiths.” jawab Umar Lahmi.Isabella sangat terharu mendengar keterangan itu dan kemuliaan Islam semakin dalam membekas di dalam hatinya. Tiba-tiba salah seorang daripada hadirin bersuara.“Jadi para rahib itu tidak dapat membezakan antara yang hak dengan yang batal dan yang benar dengan yang salah?”“Banyak sekali perkara yang memalukan,” ujar Isabella “kita dapat menilainya sendiri apabila kehormatan ibu dan saudara perempuan tidak dapat dipercayakan kepada mereka maka apalagi yang tak dapat mereka lakukan?”Seorang lain yang hadir bertanya “Apakah rahib perempuan juga berbuat kecurangan?”“Allah melindungi kita semua. Keadaan mereka adalah lebih buruk lagi daripada rahib lelaki.” ujar Isabella. “Kebanyakan mereka hidup penuh kehinaan. Sejarawan Eropa pernah menulis tentang tengkorak bayi yang dijumpai di dalam tangki sekolah rahib perempuan bila tangki itu dicuci. Bayi-bayi itu dicampakkan ke dalam tangki untuk menyembunyikan perbuatan di luar nikah.”“Semua perkara ini berlaku kerana kepercayaan kepada penebusan dosa itulah.” kata Umar Lahmi lagi. “Kepercayaan itu seperti semacam keizinan kepada penganut Kristian untuk berbuat dosa.”“Memang benar.” kata Isabella. “Tuan pun telah mengetahuinya. Dengan kepercayaan kepada penebusan dosa maka ketakutan kepada dosa menjadi hilang dan tiap-tiap orang yakin bahwa dengan membuat pengakuan di hadapan paderi semua dosa akan diampunkan.”“Allahu Akbar!” Umar Lahmi mengeluh panjang. “Keagungan dan kebesaran Islam jelas dari kenyataan bahwa di samping menolak kepercayaan penebusan dosa, ia menekankan pekerti yang baik sebagai dasar keselamatan dan kebahagiaan dan pada waktu yang sama menganjurkan prinsip ‘barangsiapa yang berbuat kebajikan walaupun sebesar zahra akan diberi pahala dan barangsiapa yang berbuat jahat walaupun sebesar zahra akan menerima balasan.”Satu suara dari antara hadirin menyampuk.“Saudara Isabella, saudara tentu tahu bahwa kepercayaan kepada penebusan dosa itu telah menyebabkan penganut-penganut Kristian melakukan dosa tetapi ada sebab lain lagi iaitu orang-orang Kristian menganggap semua nabi itu berdosa belaka dan berpendapat mereka itu telah melakukan berbagai dosa dalam hidup mereka.”“Pendapat itu tidak benar. Jikalau semua nabi suci dianggap berdosa maka siapa lagi yang akan tinggal untuk membenci dosa? Dan apa pula hak mereka untuk mencegah orang lain dari berbuat dosa?”“Saudara benar,” kata Umar Lahmi ” tetapi bagaimana pula pendapat saudara terhadap anggapan penganut-penganut Kristian bahwa, dijauhkan Allah, nabi-nabi suci itu penyembah berhala, penzina dan pembohong?”“Oh tuan! Benarkah itu kepercayaan Kristian dan mereka menganggap nabi-nabi sebagai penyembah berhala dan pembohong? Kalau benar, manakah satu kitab Kristian yang menyebutnya?” tanya Isabella agak terperanjat.“Saudaraku. Saudara belum tahu lagi tentang idea-idea Kristian dan untuk membenarkan dosa mereka maka mereka membuat tuduhan yang serius kepada nabi-nabi. Kerana saudara belum mengkaji secara menyeluruh kitab-kitab suci agama Kristian maka saudara terperanjat mendengar kata-kata saya.” jawab Umar Lahmi. “Saya berani menjamin bahwa kalau Islam tidak ada dan Penghulu segala Rasul yang menjadi jagoh dari semua kebajikan tidak membuka keduk tentang kepalsuan Kristian dan Yahudi, maka tidak seorang pun akan menemui kebenaran tentang kesucian nabi-nabi.”“Apakah orang-orang Kristian itu begitu tidak malu, masih juga percaya kepada nabi-nabi sedangkan nabi-nabi itu mereka anggap orang yang berdosa? Barangkali tuan salah mengerti. Saya belum pernah mendengar dari sesiapa pun bahwa nabi-nabi menyembah berhala atau bercakap bohong. Bolehkah tuan membuktikan dakwaan tuan itu melalui kitab-kitab agama Kristian?” kata Isabella.“Sudah tentu dari kitab-kitab suci agama saudari.” jawab Umar Lahmi.“Kitab-kitab suci agama saya?” Isabella hairan dan terperanjat. “Kitab suci agama saya ialah Al-Quran.”Umar Lahmi tersenyum dan cuba membetulkan kesilapannya. “Maksud saya kitab-kitab yang saudara anggap sebagai kitab-kitab agama Kristian. Kitab-kitab itu ada mengandungi hal-hal serupa itu.”“Agak aneh,” ujar Isabella “cuba perjelaskan sedikit.”“Maksud saya,” jawab Umar Lahmi “dalam kitab-kitab suci agama Kristian ada dijelaskan nabi-nabi itu sebagai penzina dan penyembah berhala. Ada disebutkan bahwa Nabi Lot telah membuntingkan kedua anak perempuannya.” Umar Lahmi lalu mencapai Kitab Perjanjian Lama.“Lihat Injil Kejadian bab 19 ayat 36. Tentang Nabi Daud dikatakan telah tidur dengan Batsyeba binti Eliam isteri Uria orang Het. Lihat 2 Samuel bab 11 ayat 4. Kemudian ada dikatakan pula tentang Nabi Simson yang juga telah tidur dengan seorang perempuan sundal waktu dia sampai di Gaza kemudian jatuh cinta kepada seorang perempuan di Lembah Sorek yang namanya Delila, lihat Injil Hakim-Hakim bab 16:14.”“Astagfirullah,” sahut orang-orang yang hadir. “Muga-muga Allah mengutuki orang-orang Yahudi dan Kristian. Astagfirullah! Astagfirullah!”Isabella merasa amat malu. Peluh dingin memercik dari tubuhnya. Lama dia tidak dapat berkata-kata.“Cuba dengar ini pula,” kata Umar Lahmi menyambung “dalam kitab suci Kristian nabi-nabi juga dikatakan sebagai pendusta. Yakni meskipun mereka itu menjadi nabi tapi mereka tetap bercakap bohong. Mula-mula tentang Nabi Simson. Dia telah berbohong kepada Delila tentang rahsia kekuatannya. Delila cuba mencungkil rahsia kekuatan Nabi Simson itu kerana dia mendapat upah daripada orang-orang Filistin yang mahu menangkap Nabi Simson. Lihat Injil Hakim-Hakim bab 16:6-15. Kemudian tentang seorang nabi lain yang tidak disebut namanya di dalam Injil telah berbohong kepada seorang abdi Tuhan yang tidak mahu pergi ke rumahnya sehingga akhirnya abdi itu percaya kepadanya dan mengikutnya. Lihat Injil 1 Raja-Raja bab 13:18. Seorang nabi lain membuat cerita palsu kepada raja dengan membalut kepalanya yang luka bukan kerana pertempuran di dalam perang tetapi dia sengaja menyuruh orang memukulnya. Lihat Injil 1 Raja-Raja bab 20:37-39. Dalam Injil 2 Raja-Raja pula pada bab 22:13-15 Nabi Mikha bin Yimla disuruh berbohong kepada raja Israel. Nabi Yeremia pula banyak sekali bercakap dusta. Lihat Injil Yeremia bab 38.”Kemudian Umar Lahmi berkata kepada Isabella. “Saudari cukup kenal dengan satu Petrus, bukan? Apa kata orang-orang Kristian terhadapnya?”“Orang-orang Kristian percaya satu Petrus sebagai nabi wali dan semua paderi besar dianggap sebagai pengganti satu Petrus dan kerana itu pula maka mereka diberi kuasa untuk mengampunkan dosa.” jawab Isabella.“Memang benar.” kata Umar Lahmi. “Tetapi tidakkah ada dikatakan dalam kesemua empat-empat Injil bahwa ketika musuh menangkap Jesus Kristus dan kemudian mereka mahu menangkapnya sama, dia lalu menyangkal ada mengenali Jesus Kristus. Dia mengutuk dan menyumpah-nyumpah sampai tiga kali bahwa dia tidak mengenali Jesus Kristus dan Jesus pun pernah berkata kepadanya: ‘Sebelum ayam berkoko engkau telah menyangkal aku tiga kali’.**lihat Injil Matius bab 26:69-75, Injil Markus bab 14:66-72, Injil Lukas bab 22:56-62 dan Injil Yohanes bab 18:19-24“Memang benar ada ditulis begitu.” jawab Isabella. “Saya belajar Injil setiap hari dari guru saya, Michael.”“Sekarang lihat pula bukti perkara yang ketiga. Menurut orang-orang Kristian, nabi-nabi itu penyembah berhala. Ini ada tertulis dalam Injil Keluaran yang menjadi bahagian keempat Kitab Taurat. Pada bab 32 ayat 4-6 ada dikatakan bahwa Nabi Harun telah menerima barang-barang emas orang-orang Israel lalu dibuatnya anak lembu dan disuruh mereka menyembahnya. Pada bab 11 dari Kitab Raja-Raja di bawah tajuk ‘Salomo Jatuh ke Dalam Penyembahan Berhala’ ada disebutkan bahwa Nabi Sulaiman mencintai banyak perempuan asing dan atas desakan isteri-isterinya ikut menyembah berhala pada ketika usianya sudah lanjut dan dengan demikian telah menyekutukan Allah. Astagfirullah.” kata Umar Lahmi.“Mudah-mudahan Allah melindungi kita.” jawab Isabella.“Cuba lihat ini,” sambung Umar Lahmi “di dalam Injil ini saya telah meletakkan tanda pada lembaran-lembaran penting. Saudara boleh melihatnya sendiri,. Saya tidak berbohong.”Injil itu diserahkan kepada Isabella untuk dilihatnya. Isabella menyambut dan terus membuka halamannya untuk melihat.“Tujuan saya memperlihatkan perkara ini,” kata Umar Lahmi “ialah kerana orang-orang Kristian itu terlalu lancang dan berani membuat berbagai macam dosa kerana menurut mereka nabi-nabi juga ada membuat dosa dan mereka berpendapat apabila nabi-nabi itu tidak dilucutkan kenabiannya maka mengapa pula orang-orang biasa mesti dihukum atas dosa yang sama.”“Apakah Al-Quran ada mengatakan nabi-nabi itu orang yang suci?” tanya Isabella.“Itulah kelebihan Al-Quran yang paling agung. Al-Quran dengan tegas menyangkal semua idea dan tuduhan yang dibuat oleh orang-orang Yahudi dan Kristian. Al-Quran menyatakan bahwa nabi-nabi tidak pernah berfikir untuk melakukan dosa apatah lagi untuk benar-benar melakukannya.” kata Umar Lahmi. “Lihat Al-Quran Surat Hud yang mengatakan antara lain bahwa apa yang dilarang oleh nabi-nabi itu mereka tidak pun pernah berfikir akan melakukannya* dan menurut Al-Quran nabi-nabi tergolong dalam golongan insan yang suci.”* “… dan tiada aku berkehendak akan mengerjakan sesuatu yang aku larang kamu mengerjakannya” AlQuran S11:88 “Tidakkah Al-Quran ada menyebut bahwa Adam ada memakan buah yang dilarang? Bukankah melanggar perintah Tuhan itu satu dosa?” tanya Isabella.efinisi dosa ialah sesuatu perbuatan yang terlarang dilakukan dengan sengaja,” jawab Umar Lahmi “sesuatu yang dilakukan dalam keadaan tidak sedar tidak dianggap berdosa. Misalnya seseorang yang sedang berpuasa dilarang minum atau makan tetapi jikalau dia makan dan minu dalam keadaan terlupa, puasanya itu sah dan dia tidak berdosa. Nabi Adam memakan buah yang terlarang dalam keadaan terlupa seperti yang disebutkan Al-Quran dalam Surat Taha iaitu Allah telah menerima pengakuan Adam kerana dia telah terlupa dan Allah tidak melihat ada kesengajaan dengan perbuatannya itu.” ** “Sesungguhnya telah kami janjikan kepada Adam sebelumnya, lalu dia lupa dan tidak mempunyai cara berfikir yang kuat,” Al-Quran S20:115“Maha Suci Allah. Tahulah saya sekarang bahwa Adam tidak melakukan dosa. Kalau tidak, pada paderi Kristian selalu mendakwa Al-Quran ada mengatakan Adam itu orang berdosa.” ujar Isabella. Dia kemudian melihat jam. “Oh, saya sudah terlalu lewat dan mesti pulang ke rumah segera. Bapa saya dan ibu tentu sedang menunggu saya pulang dan saya pun belum lagi makan.”“Kalau saudari mahu makan di sini bersama kami juga boleh. Dapat kami sediakan menurut makanan biasa guru kami, Ziad. Sudikah saudari makan di sini?” tanya Umar Lahmi.“Terima kasih banyak. Tetapi saya lebih suka makan di rumah, kadang-kadang ibu saya tidak akan makan sampai saya pulang. Dia biasa menunggu saya untuk makan bersama-sama.” jawab Isabella.Umar Lahmi tersenyum kecil mendengar jawaban Isabella. “Berapa lama dia dapat menunggu makan bersama-sama saudari agaknya kerana pada suatu hari nanti rahsianya akan bocor juga?”“Itu kita serahkan kepada keadaan tetapi buat masa ini, izinkanlah saya pulang dulu.”“Jadi bila saudari akan membawa sahabat-sahabat saudari ke mari?” tanya Umar Lahmi.“Esok kalau tidak ada halangan. Paling lambat lusa. Saya mohon doa tuan-tuan agar mereka diberi petunjuk ke jalan yang benar seperti saya.” kata Isabella.“Amin!” Para hadirin menyahut serentak.Isabella lalu bangun. Umar Lahmi dan para hadirin ikut bangun menghormatinya.“Sampaikan salam saya kepada Tuan Ziad.” kata Isabella kepada Umar Lahmi sebelum dia meninggalkan majlis itu.
BAB 8 Isabella Di Rumah
Setelah meninggalkan majlis yang penuh bererti dan banyak memberikan harapan, Isabella pulang melalui jalan yang terus menuju ke rumahnya; melewati Qasrus Syuhada dan terus ke Suqul Asafir. Pertemuan dengan Ziad bin Umar telah meninggalkan kesan yang cukup mendalam di hati sanubarinya. Perasaannya riang gembira sehingga dia tidak menghiraukan keadaan sekeliling. Dia menhayunkan kaki perlahan-lahan dengan teratur. Matanya tunduk ke bawah. Kira-kira setengah jam kemudian dia pun sampai ke rumahnya. Dilihat ibu sedang menunggu kepulangannya di pintu rumah dalam keadaan gelisah. “Kemana kau pergi sehingga pulang lewat serupa ini?” tanya ibu sebaik-baik saja dia mengucup tangannya.“Saya di rumah kawan, mama.” jawab Isabella. Tetapi dia tidak menyebut nama kawannya walaupun didesak ibunya.Ibunya segera menyuruh pembantu rumah menyediakan makanan. Mereka lalu makan bersama-sama. Kemudian bapa Isabella pula datang dan ikut makan. Mereka tidak banyak berbicara di meja makan. Setelah selesai, masing-masing masuk ke dalam bilik. Malam itu, Isabella tidak ke mana-mana. Dia terbenam di dalam biliknya sambil mentelaah tafsir Al-Quran yang diberikan oleh Umar Lahmi.Di waktu pagi, dia terbangun apabila mendengar suara muazzin yang mengumandangkan azan subuh dari menara Masjid Cordova. Betapa merdu laungan itu sampai ke telinga di pagi yang bening, membangunkan orang-orang yang sedang tidur supaya mengerjakan solat subuh, rukuk dan sujud kepada Allah Yang Maha Besar. Betapa mempesonakan kata-kata Allahu Akbar! Allahu Akbar! Berbeza daripada bunyi loceng gereja yang juga mulai memecah keheningan pagi dengan keriuhan yang tidak ada erti. Suara muazzin yang beralun-alun menusuk sukma secara mendalam sementara bunyi ding-thingy, ding-thingy loceng hanya menggegarkan perasaan secara tidak menentu. Dua macam cara yang membezakan dua macam agama. Tidak lama kemudian pemeluk-pemeluk agama Islam yang taat mulai keluar meninggalkan masjid sesudah menyerahkan jiwa dan raga kepada Allah. Kaum buruh, peniaga dan petani masing-masing menuju ke tempat kerja, pasar dan ladang mulai ramai. Kicauan burung mulai tenggelam oleh suasana siang.Mendengar panggilan beribadat itu, Isabella pun bangun dari tempat tidurnya. Setelah membersihkan diri, dia pun masuk ke dalam bilik bacaan di rumahnya, duduk di suatu sudut mentelaah sebuah kitab. Sedang asyik dia dengan kitabnya, pintu bilik diketuk orang. Isabella agak hairan. Siapa gerangan yang mengetuk pintu bilik di waktu pagi begini. Dia tahu bapa dan ibunya masih bersembahyang di gereja besar. Mereka akan pulang ketika hampir waktu sarapan.“Siapa?” tanya Isabella.“Kami!” sahut suara di luar.Isabella kenal suara itu. Suara gurunya, Michael. Dengan segera, dia bangun membuka pintu. Isabella sangat terperanjat melihat Michael dan Peter berdiri di depan pintu. Dia dengan segera menundukkan kepalanya memberi hormat dan mempersilakan mereka masuk. Ketika dia hendak menutup pintu, bapanya pula muncul. Perasaan Isabella menjadi gempar melihat kehadiran bapanya, Michael dan Peter secara serentak. Dia lalu meminta diri kerana sangkanya mereka hendak membincangkan sesuatu perkara yang penting. Boleh jadi masalah yang berhubungan dengan orang-orang Islam.“Kau tunggu!: Bapanya memberi isyarat dengan tangan. Perasaan Isabella menjadi semakin gempar dan kecut apabila mendengar arahan bapanya yang aneh. Tentu kedatangan gurunya dan Peter secara tiba-tiba itu ada hubungan dengan dirinya. Barangkali pertemuannya dengan orang-orang Islam telah sampai ke pengetahuan mereka.“Duduk!” Bapanya memberi arahan.Isabella pun duduk di sebuah kerusi yang agak jauh sedikit tetapi berhadapan dengan bapanya. Dia melihat urat-urat timbul di wajah bapanya. Air mukanya yang selalu lembut itu agak tegang, sekali-sekala dia menggigit-gigit bibirnya menahan perasaan. Ibu Isabella juga dipanggil masuk. Bapa Isabella pun membuka mulutnya. Mula-mula dia tujukan kepada ibu Isabella. Kemudian kepada Michael dan Peter.“Tahukah kamu akan keadaan anak ini sekarang? Betapa dia memalukan dan menghina kita. Kerana memikirkan hal itulah maka saya memanggil anda berdua ke mari.”Peter kelihatan terperanjat. Dia memandang Isabella dan berkata, “Oh, ada apa?”“Perkaranya amat serius,” ujar ketua paderi “sudah agak lama saya mendengar berita anak ini telah meninggalkan agama Kristian dan secara sembunyi-sembunyi memeluk agama Islam.”“Apa? Apa?” Helena, ibu Isabella, hampir memekik mendengar kata-kata suaminya. “Apa anda katakan ini? Jesus Kristus tidak akan mengizinkan. Tetapi Kenapa anda begitu meradang pagi ini sehingga tanpa sebab menuduh anakku masuk Islam?”“Apa yang aku katakan ini adalah benar.” jawab ketua paderi. “Kalau tidak hari ini, beberapa hari lagi kau akan mengetahuinya juga.”“Bapa yang suci,” sampuk Peter “kata-kata bapa agak aneh. Isabella seorang anak yang baik. Dia telah belajar teologi. Dia tidaklah begitu bodoh untuk menerima agama Islam yang terkutuk itu.”“Saya tidak tahu Kenapa anda berprasangka begitu.” ujar Helena seraya bangun mendekati Isabella yang sedang duduk dalam ketakutan di sudut bilik.Helena memegang bahunya dan berkata “Kau dengar apa yang dikatakan oleh bapamu?”Isabella diam dan tunduk. Waktu itu bapanya memberi isyarat kepada Michael supaya bertanya.“Anakku,” kata Michael “benarkah kau telah memberontak terhadap agama Kristian? Benarkah begitu? Kalau ada orang yang menuduh kau serupa itu, kau mesti membantahnya.”Isabella mengangkat muka memandang Michael. Kemudian segera tunduk kembali dan mendiamkan diri. Air matanya berlinang.“Nah, tengoklah,” kata Helena “bukankah telah aku katakan ada orang yang membuat dakwaan palsu terhadap anakku. Apa bantahan yang dapat dia buat? Airmatanya itulah saja yang dapat menjawab tuduhan dia memberontak terhadap agama Kristian. Tuduhan itu palsu.”“Cuba anda diam dulu. Biar Isabella menjawab sendiri.” ujar ketua paderi dengan perasaan gusar melihat ibu Isabella ikut campur. “Nah, anakku. Cuba ceritakan benar atau tidak laporan mengenai dirimu itu?”“Saya belum menerima Islam dan masih tetap menjadi penganut Kristian.” jawab Isabella.“Kalau kau belum lagi terima Islam apakah kau akan menerimanya nanti?” Michael segera bertanya.“Kenapa bapa tanya saya tentang hari depan?” Isabella memandang Michael dan menentang matanya. “Saya juga boleh bertanya serupa itu kepada bapa.”“Nah, kalau begitu cuba terangkan pendapatmu tentang agama Islam.” kata Michael membalas tenungan Isabella.Isabella tidak menjawab segera. Dia memandang muka bapanya yang masih tegang menggigit bibir. Dari muka bapanya dia beralih ke muka ibunya yang sudah kembali ke tempat duduknya. Mukanya membayangkan kesan-kesan kegelisahan. Kemudian melihat muka Peter. Paderi tua itu tenang tetapi ada tanda-tanda kegoncangan perasaan di dalam.“Saya tidak pernah menghina Islam.” katanya sambil melihat wajah Michael. “Kerana di dalam Kitab Suci Islam, Jesus diberi kemuliaan sebagai nabi yang suci dan orang-orang Islam memuliakannya.”“Kalau begitu kamu cintakan Islam dan orang-orang Islam?” Michael mengajukan pertanyaan dengan cepat.“Bapa boleh mengatakan serupa itu ataupun dengan perkataan lain yang bapa suka.” jawab Isabella. “Bagaimanapun saya bukanlah orang yang tidak berbudi. Jikalau orang-orang Islam memuliakan Kristus kita maka saya pun memuliakan nabi dan kitab suci mereka.”“Jadi sudah jelas sekarang ini bahwa di dalam hati kamu, kamu telah menjadi seorang Islam, kalau tidak masakan kamu memuji Islam dan penganutnya begitu.” kata Peter cuba memerangkap Isabella. “Nah, beritahu kami apa fikiranmu terhadap agama ygn kamu anuti sekarang yakni agama Kristian?”Isabella dapat menangkap arah tuju pertanyaan paderi tua itu.“Saya beriman dengan Kitab Injil dan semua kitab yang diwahyukan tetapi saya tidak mahu terima segala cacat-cela yang telah dimasukkan ke dalam agama oleh penganut-penganut Kristian sekarang ini.”Mendengar jawaban itu, bapa Isabella lalu berkata ke arah Michael, Peter dan ibu Isabella.“Kita sekarang sudah tahu fikirannya. Sudah tidak ada lagi jalan untuk mengubatinya melainkan dengan mata pedang.”Ibu Isabella terperanjat mendengar keputusan suaminya yang nekad itu. Lidahnya kelu tidak dapat berkata-kata. Peter segera membuat isyarat dengan tangannya.“Berilah saya masa. Saya pasti akan dapat mengubah fikirannya. Saya akan mengikis semua salah fahamnya, apatah lagi Isabella pun ada belajar ilmu ketuhanan.”“Baiklah! Anda boleh cuba dan kita akan lihat hasilnya. Kalau gagal saya akan fikirkan satu cara lain mengubatinya.”Setelah berkata begitu ketua paderi pun bangun dan mengajak Michael dan Peter mengikutinya. Mereka berangkat ke gereja besar kerana menghadiri satu perhimpunan penganut-penganut Kristian yang datang dari seluruh negara Sepanyol untuk menyaksikan tanda peninggalan nabi-nabi dan ketua paderi yang terdahulu yang merupakan tulang-tulang dan lain-lain. Pada hari itu orang-orang Kristian telah datang dari tempat-tempat yang jauh untuk ikut ambil bahagian di dalam upacara tersebut yang akan dirahmati oleh ketua paderi.Setelah ketua paderi, Michael dan Peter meninggalkan bilik, ibu Isabella yang masih kebingungan bangun mendekati anaknya sekali lagi.Dia memeluk leher Isabella sambil berkata “Benarkah apa yang dikatakan oleh bapamu itu, nak?”Isabella tidak menjawab. Dia memegang tangan ibu dan menepuk-nepuk dengan lembut sambil bangun melepaskan diri.“Saya mahu masuk ke bilik saya, mama.” katanya lalu terus berjalan menuju ke bilik sambil diperhatikan oleh ibunya dengan perasaan sedih bercampur hiba.Isabella mengunci pintu bilik. Dia merebahkan diri di atas katil dan mula memikirkan nasibnya. Dia yakin akan menerima hukuman daripada bapanya dan paderi-paderi lain. Hukuman dan seksaan yang kejam bukan sesuatu perkara asing bagi penganut-penganut agama Kristian yang murtad ataupun mengeluarkan sesuatu pendapat agama yang bertentangan dengan ketua-ketua agama. Dia akan menghadapi hukuman yang berat. Namun dia sedikit pun tidak gentar dengan segala macam kekejaman dan seksaan yang akan ditimpakan ke atasnya. Hatinya telah bulat dan tekadnya telah tetap, dia akan menghadapi semua percubaan itu dengan hati yang tabah dan tidak berganjak.Isabella kemudian mengambil kertas dan pena lalu menulis surat kepada Mirano, anak Michael, yang menjadi sahabat akrabnya.Saudaraku yang dikasihi. Tadi malam kira-kira jam sembilan. Aku telah menghadiri satu pertemuan para cendekiawan Islam. Umar Lahmi dan ahli-ahli agama juga ikut hadir. Bagaimana aku akan menerangkan kepadamu suasana pertemuan itu! Suatu pertemuan yang sungguh menakjubkan. Kehadiranku di situ sesungguhnya semakin menebalkan lagi keyakinanku terhadap Islam. Aku sangat berharap kau juga ikut bersama-sama aku pada waktu itu. Tetapi aku telah berjanji dengan ketua mereka, Ziad bin Umar, akan membawa kau bersama-sama untuk ikut serta dalam pertemuan yang akan diadakan malam esok atau malam lusa. Satu perkara penting telah terjadi ke atas diriku hari ini. Nampaknya. Aku akan dihadapkan ke inquisisi. Doakanlah agar aku tetap di jalan yang benar. Bapaku rupanya telah mendapat berita tentang diriku bahwa aku telah memeluk agama Islam. Dia telah memanggil bapamu dan Peter ke rumah kami. Berbagai macam pertanyaan telah diajukan kepadaku. Cuba kau bayangkan betapa tersepitnya keadaanku waktu itu. Tetapi aku telah memberikan jawaban yang tegas kepada mereka. Peter telah memberikan janji kepada bapaku bahwa dia akan membawa aku kembali kepada agama Kristian. Kalau keadaan yang serupa berlaku. Aku harap kau dan ketiga orang kawan kita yang lain akan ikut hadir sama. Perkara-perkara lain akan aku sampaikan secara lisan kepadamu nanti. Saudaramu, IsabellaSetelah siap surat itu ditulis, Isabella memanggil pengasuhnya dan menyuruh mengembalikan sebuah buku kepada Mirano serta mengambil buku lain daripadanya.“Surat ini yang telah lama terletak di sini juga dibawa bersama-sama dan diberikan kepadanya.”Pengasuh pun segera melakukan apa yang disuruh. Dia pergi ke rumah Michael dan menyerahkan buku dan surat kepada Mirano. Mirano segera membaca surat tersebut lalu memberitahu pengasuh Isabella bahwa dia sendiri akan menghantar buku itu kepada Isabella nanti.Pada petang itu, Isabella dan keempat orang sahabatnya bertemu di taman tempat mereka pertama kali mendengar perbualan Umar Lahmi. Dia menceritakan kepada sahabat-sahabatnya tentang kejadian pagi tadi di rumahnya seraya meminta pendapat mereka. Sahabat-sahabatnya sangat ingin berjumpa Ziad bin Umar. Mereka juga mencadangkan agar Isabella memberitahu kejadian pagi itu kepadanya.Mereka membuat keputusan akan ke rumah Ziad bin Umar pada petang berikutnya. Setelah itu mereka pun bersiar-siar di taman itu sampai waktu perpisahan lalu pulang ke rumah masing-masing.